clrl . obanai

777 123 36
                                    

“Sepertinya aku pingsan lagi,” [Name] terkekeh begitu melihat ruangan yang berbeda di hadapannya. Jauh berbeda. Sekarang mansion Ubuyashiki. Ia menghela nafas.



Kalau dipikir-pikir tidak buruk juga, sesaat diam disini.

Gadis itu hanya tersenyum singkat. Ia tidak ingin melakukan apa-apa itu sekarang. “....Jadi merindukan seseorang.” ia berdiri. Menuruni tangga, ia merunduk, menyentuh setangkai bunga hydrangea.






“...” ia memandang ke arah pohon wisteria yang tak jauh disana, bukankah itu dirinya sendiri? Yang mendongak melihat guguran bunga indah itu?

Dengan langkah yang mendekat di belakangnya.

“Sensei?” ia bergumam. Melihat pertemuan pertama mereka. Ia sedikit menyunggingkan senyuman pahit. Ah. Benar, sudah lama sekali. Melihat Obanai dan dirinya sendiri yang menatap birunya langit.

“Apa kau juga menyukai langit?”

“... Mungkin..”







[Name] menyukai langit. Karena itu hal yang paling menakjubkan yang pernah ia temui.

Karena itu alasannya..






Perasaan apa ini?

Bukankah ia terus-terusan berusaha menghilangkannya? Benci sekali karena ia tahu semuanya sia-sia. Hanya akan menambah luka, disisi lain, benar benar indah. Luka yang terasa begitu manis dalam dirinya.








[Name] kembali tertegun, seluruh memorinya berada di sini. Ia yang menatap mansion pilar ular tersebut, melihat dirinya yang mengayunkan pedang dengan wajah bete. Melihat dirinya sendiri yang tertawa bersama Kyoojuro sambil membakar ubi manis.

“kurasa.. Pernafasan api itu, tidak cocok denganku.” [Name] mengangkat tangannya, memperhatikan setiap gerakan jarinya, Kyoojuro yang duduk di sebelahnya mengerjap. “Ah. Soal itu, saya tidak masalah sama sekali, [Name]-sama.”




“Tapi, sisi lainnya, pernafasan api itu memperkuat daya tahanku,” [Name] bergumam. “Yeah, aku bisa meningkatkan ketahananku dengan terus mencobanya. Melampaui batasanku.” ia memiringkan kepala.

“Untuk apa kau melakukan itu? Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri!” Sang guru yang berdiri di belakangnya memukul kepalanya menggunakan sisi telapak tangan.

“Kau boleh bertambah kuat, tapi tidak dengan cara bunuh diri! Aku tidak akan membiarkanmu mati!” ia marah-marah. Membuat muridnya ini mengaduh memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Kyoojuro tertawa miris, sedikit menegur Obanai agar tidak melakukannya lagi. Lalu menepuk-nepuk bahu [Name]. Dengan senyuman.




Itu memang kasar.

Tapi, ia menyukainya.

Ia menyukai setiap perhatian itu. Setiap yang Obanai lakukan untuknya. Ia tidak pernah membencinya. Ia justru merindukan hal hal seperti itu, ia tahu semuanya.

Obanai yang tahu hal hal sepele tentang dirinya, begitu pula sebaliknya. Seolah-olah, memang jalannya.

Yang salah.





Apa semua ini benar?

[Name] tidak pernah memikirkannya, ia kira itu hanyalah keinginan mendapatkan afeksi seorang keluarga yang tak pernah ia dapatkan dari klan formal yang bahkan terlihat lebih seperti aliansi.







[Name] memang penasaran, siapa jati diri Obanai sebenarnya. Tapi ia tak pernah memiliki pemikiran untuk bertanya. Ia hanya terus menerus menunggu, Obanai berbicara tentang dirinya sendiri.

COLORFUL. Where stories live. Discover now