clrl . sabito

1.1K 167 48
                                    

“[Name]!!”

“Haik?” [Name] menoleh ke Tanjiro.

“Besok aku akan ujian terakhir!” Tanjiro berseru semangat. [Name] tidak merespon dengan antusias. “Semangat.”

“Aku akan menunggumu. Pulanglah.”

“Haik!!”



“Omong-omong [Name], ada masalah?” tanya Tanjiro sambil memotong rambutnya yang memanjang dalam hitungan bulan. [Name] mengerjap. “Kau tahu itu, Tanjiro?”

“Bau tubuhmu terasa aneh, seperti kecemasan.”

“A-ah,” [Name] menatap gugup. Tanjiro memiringkan kepala. Sudah dua tahun sejak mereka bertemu. kini usia [Name] sudah 14 tahun. Tanjiro sudah berusia 15 tahun. Selisih yang sedikit. Dan karena mereka se frekuensi. Cocok.




Dan sudah 4 tahun [Name] menjadi kisatsutai. Semuanya baik-baik saja.

Kini dia berada di peringkat tsuchinoto. Beberapa langkah lagi mendekati hashira. Perkembangannya tidak terlalu cepat memang. effordnya memang gak main-main tapi. Yagitudeh.




Dia sudah selesai berpikir, sekarang fokus kepada lawan bicaranya sekarang. Tanjiro.

“Aku hanya memikirkan pernafasanku.”

“Ohh, apa kau sudah bisa menguasainya?”

“Keduanya? Tentu..” [Name] menjawab singkat. Hanya saja, ia sedikit memikirkan Kyoojuro.

Penerus ya..  Ia benar-benar tidak cocok dengan pernafasan api.




[Name] tersenyum akhirnya. “ tidak apa, selamat malam, Tanjiro.” menggeser fusuma. Tanjiro memandang khawatir. “Apa dia baik-baik saja?”




Pagi.

“Aku berangkat,” Tanjiro melambaikan tangannya pada 2 orang yang mematung di depan rumah.

“Tolong jaga Sabito dan Makomo juga!” teriaknya dari kejauhan sebelum benar-benar menghilang.

“...” Sakonji dan [Name] saling berpandangan dengan raut wajah terkejut. “... Bagaimana dia..?”






Malam itu berkabut kembali. Sabito sedang memandang langit ditengah salju yang turun lembut. Topengnya tidak ia lepaskan seperti biasa.

“[Name]? Kau tidak tidur?” tanya Sabito pada gadis yang habis berlarian keatas gunung itu,sedang mengatur nafasnya.

Meski memang dia memiliki kemampuan untuk pernafasan secara sempurna, suasana hatinya nggak mendukung ya gitu jadinya.

“Kenapa kau tidak mengatakan apapun—”

Sabito melebarkan netra dibalik topengnya. Tidak menyangka [Name] menyadari hal itu. [Name] berusaha tersenyum ditengah berusaha bernafas. Peluhnya bercucuran. Dia tampak keren sekarang.




Sasuga.

“Kau menyadarinya?”

“Ahahaha, intuisiku kuat..”

COLORFUL. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang