clrl . kyoojuro

929 129 9
                                    

“Jadi,, anda benar-benar yakin?” tanya Kyoojuro, yang dibalas anggukan singkat [Name]. Walau dia sebenarnya nggak seratus persen yakin ya nyoba-nyoba aja.


Ps. Latihan Kyoojuro itu berat banget makanya nggak ada yang mau jadi muridnya.

Sementara para penonton, Mitsuri dan Senjuro mengamati dengan serius dan terlihat bersemangat.


“S-semangat [Name]-sama!” Mitsuri berseru. Senjuro juga menyemangati. Ada Obanai juga, tiba-tiba, gatau tumben dateng.

Ada ayanknya(?)

Iya, tadi nyimak Mitsuri berkhotbah soalnya.




Kyoojuro tersenyum ramah seperti biasa.

BRAK!!!

[Name] terjatuh dengan posisi membungkuk, latihan macam apa ini? Gila. Sungguh gila, ia memegang rusuknya yang terasa sesak. Rasanya hampir-hampir airmatanya melesak keluar begitu saja tanpa seizinnya.

Sungguh berat, bagaimana Mitsuri bisa tahan latihan dengan Kyoojuro ini? [Name] saja sudah sekarad.

“Apa anda baik-baik saja?” tanya Kyoojuro yang menunduk, membantu [Name] untuk duduk.



“Kurasa?” [Name] hanya mengernyitkan dahinya. Sedikit ragu.

“Apakah anda masih hendak melanjutkan?” mengisyaratkan ya. Lelaki dengan surai kuning itu berdiri. “Aku suka semangat seperti itu.”

[Name] tersenyum pahit. Entah kenapa sekarang ia merasa berat sekali untuk tersenyum ketika hampir pingsan begini.

BRUK!



ralat. Pingsan beneran.




Perlahan, ia membuka mata. Menatap permukaan. Lagi lagi tempat yang sama. Kumuh, dan abu-abu. Tanpa warna. Dengan hari yang terus berulang.

Sakit.

[Name] terduduk seperti orang yang sehabis bermimpi buruk. Kaget, terengah-engah. Nafasnya tak teratur dan ia mencengkram dahinya.

“Mimpi?”


Fusuma digeser, Obanai memasuki ruangan dengan segelas air di tangannya. “Hei, bocah. Sudah kukatakan ja—

Kau menangis?”


[Name] terkejut, memegang wajahnya, benar. Ada airmata disana. Ia tidak menyangka. Ia belum pernah menangis selama ini.

Obanai buru-buru mendekat. menyentuh bahu [Name]. “Ada apa—” hendak mengusapkan saputangan di wajah muridnya itu.

Sebuah tangan menyingkirkannya, menepis jemari Obanai. [Name] yang menatapnya datar. “Tidak, tidak usah.” ia berucap tanpa nada. Hanya terdengar saja ia sedang tidak mood sama sekali.



“???” Obanai keheranan.

“[Name]-sama sudah sadar?” sebuah suara membuat Obanai menoleh di ambang pintu. Senjurou yang datang bersama Mitsuri. Membawa gelas. “Ah, bisa tolong..” menyerahkan segelas air.


Obanai berdiri, menerima gelas tersebut dari Senjurou. Mereka berdua menatap khawatir.

“[Name]-sama, semoga segera sehat!” mereka menutup fusuma.

COLORFUL. Where stories live. Discover now