clrl . makomo

1.4K 201 35
                                    


“... Kau mau kuburanmu seperti apa?”


“... tidak usah, akan kupikirkan, terimakasih banyak,” [Name] tertawa pelan. Obanai sekarang menatap kearah [Name], memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“[Name], rambutmu, bukankah itu sangat panjang?” gumam mentor sang gadis itu. Membuat [Name] langsung memperhatikan rambutnya.

Tau Alluka Zoldyck ga? Nah iya modelnya gitu.


“Eh? Apa terlihat akan mengganggu?”

Obanai mengangguk.

“... Kapan-kapan kupotong.”








“Kau tahu?”

“Hm?” gadis yang tengah memakai sandalnya itu merespon sapaan gurunya. Obanai berdecak.

Melemparkan sesuatu pada [Name], ia memutar badannya membelakangi anak itu. “Buatmu.”


Gadis itu melihat saya berwarna hitam yang ia tangkap. Menarik sebuah pedang didalamnya. Pedang yang baru.

“Kebetulan aja.”


“Sensei.” [Name] memanggilnya dengan sedikit penekanan. Obanai menoleh, melihatnya menyunggingkan senyuman yang hangat, bukan senyuman formalitas.

“Arigatou.”

Lelaki dengan haori belang itu terpaku. Sesaat, ia memejamkan mata. Seperti memaklumi hal itu.



“jaa, ittekimasu.” [Name] melambai pelan. Sosoknya hilang di ujung jalan. Membuat kedua tangan Obanai saling menggenggam satu sama lain.

Menunduk.

Lantas ia tersenyum tipis dibalik perbannya itu, dan terkekeh pelan.


“Itterashai” Obanai mengusap Kaburamaru.

“Hati-hati.”

Ternyata Obanai punya sisi lembut yang tidak bisa dia tunjukkan pada tsugukonya itu.





Gunung yang dipenuhi wisteria itu menampakkan dengan angkuh bunga-bunganya yang mekar diluar kebiasaan musimnya.

Ini mendekati akhir musim dingin. Wisteria masih saja mekar.




Berjalan menuju tempat yang lebih luas. Disana sudah berkerumun orang orang. Tidak terlalu banyak. Mungkin 18 orang saja.

Kiriya dan Kanata berdiri di depan. Dan setelah menjelaskan peraturan peraturan singkat, ujian itupun dimulai.

[Name] itu cukup sederhana. Nggak usah nyari iblis, nunggu nongol duluan, kalau udah, baru kill. Kalau nyari iblis terus, staminanya abis ntaran. Makanya, yang lain lari-larian buat babat sebanyak mungkin iblis, dia mah santuy jalan.



Ujian ini sungguh estetod. Lulus idup ga lulus koid.

Mana nggak ada remidial pula.


Suara tebasan tersengar dari belakang telinganya, [Name] menolehkan kepalanya. Melihat sesosok gadis yang sedang menebas iblis yang barusaja merayap hendak mendekatinya.

“... Terimakasih,” [Name] tertegun

Gadis itu berjalan mendekatinya. “Daijoubu?” dibalas anggukan.

“Ahh.. Yokatta, kupikir kau hampir dimakan tadi,” gadis bertopeng rubah itu terlihat lega.

“Kenapa kau begitu peduli pada orang lain seperti itu?”



COLORFUL. Where stories live. Discover now