clrl . kagaya

758 134 26
                                    

“Kau sudah puas? Sekarang kembalilah,”


[Name] menolehkan kepalanya pelan. Melihat sesosok bayangan. “Ha..” ucapnya.

“Aku tidak akan kembali, aku kemari, untuk hidup kembali,” [Name] menjawab tegas. Sosok yang awalnya mengayunkan tangannya itu menurunkannya.

“Padahal kau bisa hidup normal seperti biasa. Sayang sekali.”

“Normal maksudmu neraka? Lebih baik mati daripada bertemu denganmu lagi.”

“Kau tak bisa lari dari takdir selamanya, UBUYASHIKI [Name] !!”





[Name] kini terduduk, menekuk lututnya dan memeluk kakinya. ‘Benar, mungkin aku sudah mati sekarang. Tidak ada apa apa di ruangan hampa ini. Hanya ada kekosongan yang gelap tak berujung,’ ia mendongak.

Apa itu cahaya?






“Kau sudah mengalahkan iblis bulan atas, aku harus memujimu?” Obanai yang santai datang. Sementara Tengen ngedumel. “Halah, iblis terlemah—”

“Kau itu niat nolong nggak sih!? Datangnya terlambat banget!!”



“Mc selalu datang terlambat,” Obanai menjawab lagi dengan ringan. Kaburamaru berdesis. Membuat 3 istri tengen itu langsung berteriak.



“Hah, gila ya, siapa yang akan menggantikanmu selama kau hiatus?” Obanai menunjuk Tengen. “Aku mau berhenti. Oyakata-sama pasti mengizinkannya.”

“aku tidak akan membiarkannya, muda jaman milenial ga ada yang berkembang. Sementara bangku pilar kosong karena Rengoku mati. Lebih baik kau itu bertarung kembali sampai mati.” Obanai ngamuk.




“Oh, ada satu kurasa.” Tengen tersenyum. “Anak yang kau benci itu, dia berkembang loh.”

“Wuoh.. Kau bercanda.. Dia selamat? Kamado Tanjiro?”




“Ah, tsugukomu sendiri berkembang pesat, entah bagaimana ia bisa menumbuhkan ketahanannya diluar kemampuan manusia, dia menjadi orang dengan sistem kekebalan tertinggi.” Tengen tertawa. “Yah..”

Obanai yang hendak pergi menoleh pada Tengen lagi. “Ada apa?”

Tengen melambai. Tidak apa.

Obanai melangkah pergi.





Tengen menghela nafas. “Yah, aku tak bisa memberitahunya kan, kalau aku tidak bisa merasakan detak jantung [Name]-sama...”





Itu api.

[Name] tidak terkejut, ia hanya membiarkan api tersebut turun perlahan dan membakarnya dengan cepat.

“.. Nezuko-san?” ia kembali bertanya pada dirinya sendiri. “Apa aku bermimpi?” ia kembali bergumam.

“[Name]!!”

gadis dengan rambut hitam itu mengangkat kepalanya, mencari asal suara. ‘Kunang-kunang?’ ia melihat cahaya berwarna putih kebiruan yang berterbangan. Lalu ia berdiri.





Nezuko hanya terdiam melihat kakaknya sepilu itu. Ia sendiri tidak terlalu memahami situasi.

Ia meraih tangan gadis yang sudah dingin itu, meletakkannya di pipinya. “...” netranya menyiratkan kesedihan.

Jemari Nezuko menggenggam erat tangan [Name]. Mengeluarkan kekkijutsunya.

Api yang berasal dari darah itu membakar tubuh [Name]. Tanjiro tersentak. Nezuko mengerutkan kening.

COLORFUL. Where stories live. Discover now