clrl . muzan

441 82 15
                                    

Langkah kaki Akiko meninggalkan kediaman Ubuyashiki semakin melambat.
Ia berkali-kali menolehkan kepalanya untuk meredam remuk hatinya.

“... Apa aku egois jika aku takut pada kematian?” lirihnya.





“Aku menemukanmu, putriku.”

Suara itu berhasil. membuatnya ketakutan, ia menatap sang ayah dengan tatapan ngeri. Kibutsuji Muzan yang menatapnya intens. Seolah tatapannya sanggup mencabik Akiko.

“Kau satu setengah tahun ini menghilang dari jangkauanku. Kemana kau?” tanya Muzan dengan tangan yang siap mencabut nyawa dalam sekejap, Muzan sudah di hadapan Akiko tepat sepersekian detik.

“...”

“Kau tidak merindukan ayahmu?”

“Jawab aku, wanita sialan,” Muzan kehabisan kesabaran, ia mencekik Akiko dengan kedua tangannya. Membuat kaki itu tak menyentuh tanah lagi. Tergantung dengan cekikan.



Tapi tampaknya memang tidak ada yang bisa dirubah dari takdir, tidak ada.

Hanya seorang anak yang menatap tanpa getaran. [Name] di sebelah Akiko sendiri. Kosong.




BRAKKKK!!!! Muzan membanting anaknya. “Dasar, seharusnya aku tidak menikahi manusia seperti ini.”

“Hentikan..,” [Name] berseru tertahan, mencengkram dadanya dan mulutnya yang terus gemetar. Melihat penyiksaan yang terasa hingga ulu hatinya, sedangkan ia tak bisa melakukan apapun.

Ini tidak dibawah kendalinya.

Ini bukan mimpi biasa.





“Kau tahu, mungkin kau iblis, tapi kau hanya iblis cacat, jika kuhancurkan tubuhmu terus-terusan, apa kau akan mati akhirnya?” tanya Muzan yang sudah membuat tempat itu penuh dengan darah yang menggenang.

Akiko terbatuk.

“Pilihlah dengan apa aku akan membunuhmu.”

“Pilihlah sendiri,” Akiko mendengus, Ia tak masalah jika dia mati dengan cara apapun sekarang.

‘Aku takut,’ Akiko mendongak. ‘Tapi perasaan lelah ini lebih besar dari itu..’ menatap telapak tangan Muzan yang memegang wajahnya. Siap menghancurkannya perlahan.



“JANGAN,” [Name] mencengkram lengan Muzan. Tapi tidak ada reaksi dari pergerakannya. Muzan tidak merespon apapun.

Tidak ada yang bisa ia lakukan.




“Apa kau punya pesan, anakku?”

“Kalau aku tidak menemukanmu di neraka, akan kuseret, akan kubuat neraka sendiri untukmu,” Akiko menyeringai. Tatapan dingin Muzan muncul bersamaan dengan tangannya yang menghancurkan kepala Akiko dengan rematan kuat.

[Name] memegang kepalanya, berharap kebohongan, ia sudah melihat kematian dihadapannya sangat banyak, ini sudah terlalu banyak.







Ia terduduk di genangan darah, dan tubuh Akiko ambruk begitu saja dihadapannya. [Name] menyentuh tangan Akiko. Dingin. Ia memucat.

“....”

Muzan pergi meninggalkan tempat itu dengan angkuh. Menyisakan cahaya mentari yang bangkit dan benar-benar menghanguskan tubuh Akiko.





Markas Muzan itu bergetar tepat setelah Muzan menghancurkan sendiri kepala Nakime karena emosi. Sehingga membuat tempat itu akan rubuh.

“BERBAHAYA!!” teriak Mitsuri, yang tersengal-sengal setelah mengayunkan nichirin lenturnya berkali-kali. “SIAPAPUN, JANGAN MATI—” ia berteriak sebelum bangunan itu luruh.

COLORFUL. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang