clrl . kanroji

564 101 12
                                    

BEBERAPA PEKAN KEMUDIYAN.

Desa penempa. Salah satu tempat rahasia milik klan pemburu iblis. Keren sekali.

Dan disinilah tuan kanjeng ratueh kita. Nem yang nggak op op banget, tapi koneksinya op.

PEDANGNYA WOI!! GA DATENG-DATENG!!




Rumah-rumahan di desa ini terlihat normal. Biasa saja. [Name] tersenyum pokerface. ‘Kenapa aku harus datang ke tempat ini?’




“Wahh.. Aku senang [Name]-sama ikut kemari!!” Mitsuri berbinar-binar melihat [Name] yang mengendap-endap di desa. Ketahuan jelas. Seketika ia dirubung massa.

“TUAN UBUYASHIKI, [NAME]-SAMA DATANG!”

inilah kenapa dia benci tempat ini.



“Kanroji-san, kau tidak perlu berteriak,” tegur [Name] setelah situasi reda. Mitsuri tertawa.

“Ada-ada saja. Bagaimana aku tidak gembira melihat anda disini? Terlebih saat aku pulang dari pemandian!” ia mengayunkan kakinya sembari duduk di pinggiran rumah. Dengan membawa semamgkuk nasi.



“Omong-omong, anak bernama Tanjiro itu cukup baik ya! Sangat sopan!” Mitsuri membuka topik dengan semangat dan penuh energi. “Aku ragu dengan gosip bahwa Nezuko sempat menyerang anda! Iguro-san membahas itu dengan emosi dan naik darah! Menganggapnya masalah level SSS, Tapi, mana mungkin kan hahaha—”

Coba saja Mitsuri melihat [Name] yang sudah tersedak dan kalangkabut wajahnya. Ia segera mengalihkan topik pembicaraan. “He, benarkah? Dimana dia sekarang?”



“Mungkin sedang mandi,” sahut Mitsuri sambil mendongak keatas langit. Melihat dari reaksi dan kelakuannya, seolah-olah dia tidak mengingat apapun dari sidang Hashira tersebut.




“Oh,” [Name] bergumam datar. “Anda tidak mandi dan beristirahat juga?” Mitsuri bertanya. “Perjalanan dari sana itu bukannya melelahkan!? Pemandiannya sungguh menyegarkan loh!”

“......” [Name] sedang mencerna. “Tidak.”



Mitsuri keheranan. Menurunkan kepalanya sejenak. Berusaha melihat ekspresi [Name] yang sedikit aneh. “Kenapa?”

“Aku... Tidak suka pemandian umum..” suara [Name] sedikit parau, wajahnya tegang. Wajah Mitsuri menggembung menahan tawa. “Pfft. Muka anda memerah.”

Mitsuri tertawa pelan. [Name] mengernyit. “Muka anda sendiri selalu terlihat memerah.” “Oh, ini karena aku bersemangat! Apakah maksud muka merah anda itu juga semangat!?” Mitsuri mengangkat tangannya dengan gembira.



[Name] menggigit bibirnya, membuang muka. ‘Mana kutahu. Aku tidak tahu berapa banyak sudah berekspresi padahal kukira selama ini wajahku datar-datar saja!’




Mitsuri terhenyak. Heran dengan [Name], anak kecil yang dulu suka bakar ubi dan tertawa bersama Kyoujuro, kini sudah menjadi sosok yang lebih misterius dimata Mitsuri.



‘Waktu berjalan sangat cepat, dulu kuingat ia masih setinggi dadaku saja,’ Mitsuri cengar-cengir. Melihat gadis remaja yang kini tingginya sudah melebihi bahunya.

“... Kenapa memperhatikanku?” [Name] bertanya pada Mitsuri yang terus menerus menaruh pandangan padanya dengan aura mencurigakan.

Risih.




“Hee!? Anda akan langsung kembali setelah menerima pedang!?” Mitsuri berteriak setengah kecewa. “Tidak mau.. Kenapa anda tidak bisa tinggal lebih lamaaa..” ia kini memeluk [Name] sambil menangis. “Anda bahkan baru 2-3 kali mengunjungi mansionku! Tidak mau...”

COLORFUL. Where stories live. Discover now