30. Bertukar Cerita With Kekasih Halal

Mulai dari awal
                                    

"Jadi apa?" ulang Liam terkekeh. "Lo yah masih aja irit bicara."

"Kelanjutan kontrak kita," ucap Rifki menjelaskan.

Liam dan Radit bergantian menjelaskan sistem kontrak kerja mereka nanti. Radit adalah rekan kerjasama baru Rifki, Liam lah yang mengajak perusahaan Radit juga untuk bekerjasama dengan mereka. Katanya kinerja kerja di perusahaan Radit bagus. Meskipun perusahaan Rifki merupakan cabang dari kantor Papah-nya, tapi kantor ini cukup terkenal dan maju. Tak heran jika perusahaan-perusahaan besar mau bekerjasama sama perusahaan Rifki karena kinerja perusahaan Rifki tak terlalu kalah jauh-jauh amat dari perusahaan Papah-nya.

Padahal sebelumnya Rifki dan Radit pernah tidak sengaja bertemu, tapi ntahlah mungkin karena sudah terlalu lama dan itu pertemuan singkat pula, mereka sama-sama tidak menyadari itu. Kalian ingat saat pertemuan Radit dan Nisa di rumah sakit?

"Gue denger lo udah nikah ya, Ki?" tanya Liam setelah beberapa saat baru selesai mendiskusikan proyek mereka.

Rifki hanya mengangguk. "Gila, muda amat lo nikah, mana gak ngundang gue lagi," kaget Liam.

"Udah, lo aja yang saat itu di luar negeri," balas Rifki. Liam hanya menyengir dan Radit? Dia hanya ikut menyimak saja. Walaupun umur Rifki paling muda di antara Radit dan Liam, tapi mereka tidak membedakan antara tua dan muda. Kata Liam anggap aja kita seumuran begitulah kurang lebih.

"Kapan-kapan bolehlah kenalin ke kita," ujar Radit yang sedari tadi nyimak.

"Ngapain?" tanya Rifki.

"Aelah bro, kan ngenalin doang. Gak juga bakal kami tikung kok," kekeh Liam.

"Iya," finish Rifki.

***

"Gila, gak mau lagi gue nonton film horror gitu," kesal Putri.

"Udah aku bilang tadi kalo takut gak usah nonton," jengah Nathan.

"Mana pake modus segala lagi sama Nathan," goda Rena.

"Kesempatan, Ren," sambung Nisa terkekeh.

"Apaan sih!" kesal Putri. "gue biasanya gak takut, tapi kenapa tadi nyeremin banget anjir hantu-nya."

"Itu karena biasanya lo nonton horror komedi, jadi ya mana ada yang nyeremin, ngelawak ada," ujar Rena.

"Oh pantes," Nathan terkekeh. "wajah kamu pias banget tadi, haha."

"Udah deh, gak usah ngeledek kalian ih," gerutu Putri.

"Iya iya maap," ucap Nathan mengusap kepala Putri.

"Hmm, serasa dunia milik berdua ya, Ren. Dan yang lain hanya numpang makan," ucap Nisa disela-sela makannya.

Rena terkekeh. "Gakpapa, proses pendekatan Nis, jangan ganggu ah," goda Rena.

Nathan melihat wajah Putri yang siap memaki teman seperempuannya. "Udah Put gak usah diambil hati, mereka hanya bercanda kok," ucap Nathan menenangkan.

Putri menghembuskan napasnya kasar, "Sabar Put sabar, orang sabar jodohnya dekat," ucap Putri mengelus-ngelus dadanya.

***

Nisa menuruti ucapan Rifki, sebelum magrib sudah di rumah. Setelah sholat magrib, Nisa merebahkan sebentar tubuhnya di Pulau kapuk, terasa sangat nyaman dikala rasa lelah menyerang. Belum berapa lama ia memejamkan matanya, terdengar pintu kamar terbuka dan derap langkah kaki seseorang mendekat. Nisa mengintip sebentar, ternyata itu suaminya. Ah Rifki udah pulang ternyatam. Tapi karena ia terlalu lelah untuk sekedar membuka mata, akhirnya ia mencuekkan Rifki. Rifki membuka jasnya lalu langsung pergi menuju kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu lama, kini Rifki sudah selesai bersih-bersih. Ia tersenyum melihat istrinya yang makin hari makin cantik, menurutnya. Rifki mengecup terlebih dahulu pipi Nisa, lalu mengusap rambutnya sayang. Setelah itu, ia menepuk-nepuk pelan pipi Nisa.

"Sayang, bangun," ucap Rifki.

Tepukan lembut dan kecupan bertubi-tubi di pipinya membuat Nisa mengeliyat lalu mengucek matanya. Belum lama ia tertidur, makanya Nisa sangat mudah dibangunkan. Rifki menyambut Nisa tersenyum manis.

Nisa ikut tersenyum manis, mungkin ini yang dimaksud dari kisah romanc yang pernah ia baca, saat seorang pria meminang gadisnya 'Mau kah engkau menjadi bagian dari hidupku, orang yang pertama dan terakhir kali aku lihat dikala aku membuka dan menutup mata, orang yang akan mengisi shaf sholatku di bagian belakang. Orang yang akan menjadi rumah untukku kembali ...." Ah, Nisa baru paham sekarang maksud dari kata-kata yang sering ia baca.

"Jangan tidur habis magrib, gak baik," ucap Rifki lembut membuyarkan lamunan Nisa, Rifki mensejajarkan bagian tubuh atasnya kebagian atas tubuh Nisa, kedua kaki Rifki masih berayun di atas ranjang. ia mensejajarkan wajahnya ke wajah Nisa. Nisa merasakan hembusan hangat napas Rifki yang beraroma mind semakin menipiskan jarak dari wajahnya. Setelahnya, mereka saling merasakan sensasi yang luar biasa, melepaskan semua rasa lelah didalam sana. Tak lama, terdengar suara panggilan illahi, mereka menyudahi aktivitas mereka lalu pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat isya berjamaah.

***

Menjelang tidur tiba, seperti biasanya Rifki dan Nisa saling bertukar cerita. Nisa menceritakan semua aktivitas yang dia lakukan hari ini, kini giliran Rifki yang menceritakan aktivitasnya. Nisa mendengarkan dengan seksama dan kadang juga terkekeh menanggapi ucapan Rifki yang menurutnya lucu.

"... Oh iya, setelah itu teman kantorku ngajak aku kapan-kapan makan bersama bareng kamu. Sekalian mereka mau kenalan," ucap Rifki diakhir ceritanya.

"Lah kenapa?" tanya Nisa.

Rifki mengedikan bahunya. "Katanya sih mau kenalan. Gakpapa deh, aku juga belum ngenalin kamu di kantor dan teman kerjaku. Jadi sekalian aja, mau kan sayang?" tanya Rifki sambil mendusel di ceruk leher istrinya.

"Itu berarti orang akan tau kamu udah nikah?" tanya Nisa polos.

Rifki tersenyum. "Iya, tapi kalo kamu belum siap juga gakpapa kok. Aku gak maksa."

"Oke deh, aku mau. Kan orang kantor, bukan orang di sekolah," ucap Nisa menerima ajakan Rifki.

Rifki tersenyum begitu juga Nisa. "Udah yuk tidur," ajak Rifki yang dibalas anggukan Nisa.

***

TBC!

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang