02. Tidak di Inginkan

7.4K 570 5
                                    

"Awan hitam seolah mewakili jika perasaan ini sedang tidak baik-baik saja."

_Muhammad Rifki Mahendra_

H
A
P
P
Y
💕Reading 💕


🌸🌸🌸

Sementara di kediaman keluarga Mahendra, seorang putra semata wayang keluarga ini sedang adu mulut bersama seorang pria paru baya yang tidak lain adalah Papanya sendiri.

Muhammad Rifki Mahendra, atau biasa di panggil Rifki. Menjadi anak satu-satunya tentu membuat peran Rifki sebagai anak tunggal di sini terasa sangat berat. Beban untuk membahagiakan sekaligus harapan orang tuanya penuh mengarah ke Rifki. Mau tidak mau, sedari kecil Rifki hidup dalam bayang-bayang aturan kedua orang tuanya.

Rifki tumbuh menjadi pria yang sangat tampan, memiliki dagu yang lancip, alis tebal, hidung bagai perosotan dengan garis tengah di pangkal hidung sebagai tanda jika Rifki pemikir keras, rahang yang tegas, dan kulit yang sawo matang. Sekaligus pria yang tadi tak menghadiri acara keluarganya merupakan orang yang akan dijodohkan bersama Nisa.

"Papa gak mau tau! Kamu harus menikah sama pilihan Papa, TITIK!" ucap Dika-Papa Rifki kepada anak semata wayangnya.

"Aku gak mau nikah cepet Pa! Aku masih muda ... masih SMA! Aku belom siap di beri tanggung jawab itu! Semua yang Papa mau ... sudah aku turuti termasuk memimpin salah satu perusahaan cabang Papa, tapi maaf Pa ... untuk yang satu ini aku gak bisa, aku gak bisa nurutin kemauan Papa terus ... aku capek. Lagi pula aku gak kenal dan gak cinta sama dia," ucap Rifki dingin diakhir kalimatnya dan langsung berlalu dihadapan sang Papa.

"Mau kemana kamu Rifki! Papa belom selesai bicara!"

"Kamar, mau istirahat! Capek pa," jawab Rifki di tengah-tengah langkah kakinya meninggalkan meja makan.

"Ngak sopan kamu. Habisi makanan kamu dulu!"

Tidak ada sahutan lagi dari Rifki, Papa hanya menghela napasnya gusar. Desi-Mamanya Rifki sedari tadi hanya diam dan menyimak perdebatan antara kedua lelaki yang disayanginya, ia tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya tidak ingin memihak salah satu diantara mereka.

"Udah Mas, gak usah marah-marah ya. Nanti biar aku aja yang ngebujuk Kiki. Mas istirahat aja, jangan sampai kesehatan Mas menurun," ucap Desi menenangkan suaminya sambil menyodorkan gelas berisi air putih.

Papa memijit pangkal hidungnya, lalu mengambil gelas tersebut dan menegaknya sampai tandas. "Tolong bujuk anak kamu, aku udah capek. Anak itu udah berani melawan. Aku mau ke kamar dulu ya," ucap papa bangkit dari duduknya, tak lupa mencium singkat dahi istrinya.

Mama hanya menatap punggung suaminya yang kian menjauh, kemudian ia menghela napas dan bangkit untuk membereskan terlebih dahulu meja makan yang bahkan masih tersisa nasi di piring anak dan bapak tersebut.

"Anak sama Bapak sama aja ya. Nasi suka di tinggal."

🌸🌸🌸

"Arghhhh ... kenapa sih gue harus terkekang seperti ini," gumam Rifki menarik rambutnya frustasi.

Ceklek

Pintu kamar Rifki terbuka, dan terlihat sosok wanita baya sekaligus cinta pertama Rifki masuk menghampirinya.

"Mama ..." panggil Rifki dan langsung menghambur kepelukan sang Mama.

"Udah jangan emosi lagi sayang, Mama tau ini berat buat kamu ... tapi Mama yakin ini yang terbaik... Papa sayang sama kamu, Papa gak mau kamu nanti salah pilih pasangan. Lagi juga kami udah kenal sama calon kamu dari dia masih kecil kok, karna dia anak dari sahabat Mama dan Papa kamu sayang. Kamu harus berusaha menerimanya ya sayang? Ini yang terbaik buat kamu," nasihat Desi lembut sambil mengusap rambut anaknya dengan sayang.

Ibu dan anak itu terduduk di bibir ranjang Rifki dengan Rifki yang masih setia menempel pada sang Mama. Desi tau anaknya ini tidak suka bercerita panjang, jadi untuk memulai cerita panjang memang harus sang Mama lah yang memulainya duluan. Sungguh sifat Rifki yang satu ini, benar-benar turunan dari sang Papa. Mau tidak mau, Desi sudah terbiasa menghadapi sikap pria dingin yang kadang-kadang suka muncul seperti ini.

Rifki pun mengangguk dipelukan sang Mama. "Iya Ma, Kiki akan memikirkan dulu keputusan kalian ... tapi Kiki gak janji bakal nerima atau tidak nantinya Ma ... karena Kiki gak kenal dan gak cinta sama dia," ujar Rifki manja.

Desi pun tersenyum hangat. Ini yang Rifki suka dari Mamanya, Mama yang mampu membuat hati ia menghangat kembali. Mama yang mampu mengeluarkan sifat manja Rifki yang tidak ia tunjukkan ke siapapun. Ntah jika itu nanti ada wanita yang berhasil mencairkan es yang ada di...

Dirinya.

"Bukan 'engak' sayang tapi 'belom' aja." Bunda meralat ucapan Rifki. "kamu belom kenal dan belom cinta aja sama dia, Mutia itu cantik kok, baik, ramah, sholeha lagi. Nanti setelah kamu kenal dia lebih jauh pasti kamu akan suka sama dia," ujar Desi. Fyi, Mutia dan Kiki adalah panggilan masa kecil Nisa dan Rifki.

"Iya Ma ... Akan Kiki coba, tapi ngak janji."

Berbanding terbalik dengan Nisa yang tidak tau sosok orang yang dijodohkan sama dirinya. Rifki? dia tau sosok wanita yang akan dijodohkan dengan dirinya, karena Desi sempat memberi foto Nisa kepada Rifki. Tapi Rifki tidak mau cari lebih jauh tentang Nisa, dia tidak peduli.

"Ya udah, kamu mandi. Terus turun ke bawah buat makan lagi. Tadi baru makan dikit kan? Jangan nolak!" sargah Desi cepat ketika Rifki ingin membuka suara. "ingat kesehatan kamu. Mama tunggu di bawah ya," ucap Desi kepada Rifki yang dibalas anggukan pasrah oleh Rifki.

🌸🌸🌸

Jangan lupa vote and koment ya gaes :))

The Gray Love✔Where stories live. Discover now