40. Kehadiran Makhluk Kecil

6.1K 305 4
                                    

🐇🐇🐇

"Huek..."

"Huek..."

Rifki mengerjap-ngerjapkan matanya, tidurnya sempat terusik karena mendengar suara orang muntah. Tunggu dulu, apa tadi? Orang muntah? Rifki langsung melirik ke sisi ranjang, tidak menemukan Nisa di sampingnya. Nyawanya yang sempat belum terkumpul semua, kini dalam hitungan detik langsung meloncat menuju kamar mandi.

Tok... Tok...

Rifki mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup. "Sayang kamu gakpapa?" teriak Rifki dari luar.

"Huek..."

Ceklek

Rifki tak sengaja memutar knop pintu kamar mandi yang ternyata tidak dikunci. Ia langsung saja masuk menghampiri Nisa, tanpa di minta Rifki memijat tengkuk Nisa.

Beginilah Nisa setiap pagi, mengalami Morning sickness. Iya, Nisa sekarang hamil, usia kandungannya sudah 3 bulan dan beberapa hari lagi masuk 4 bulan.

"Gimana? Udah mendingan? Ada yang sakit?" tanya beruntun Rifki khawatir, padahal dokter sudah menjelaskan bahwa hal seperti ini sudah biasa dialami ibu hamil. Tapi tetap saja membuat Rifki khawatir, dia tidak menyangka bahwa hamil tidak semudah yang ia lihat di film yang ia tonton beberapa bulan lalu.

Nisa membasuh mulutnya terlebih dahulu, ia berbalik lalu tersenyum. "Gak papa Mas," jawab Nisa.

Rifki balas tersenyum, lalu memapah Nisa berjalan ke ranjang mereka. Nisa mendudukan bokongnya di tepi ranjang dengan Rifki yang berjongkok mensejajarkan kepalanya dengan perut buncit Nisa.

"Anak deddy jangan nakal ya, jangan buat mommy kesakitan dan buat deddy khawatir," ucap Rifki lembut kepada perut Nisa, lalu mengecupnya lama.

Nisa tersenyum melihat tingkah Rifki setiap pagi selalu seperti ini. Ia mengelus rambut hitam lebat punya Rifki. "Iya deddy, baby gak nakal kok," ucap Nisa menirukan suara anak kecil.

Rifki mendongak, menatap mata indah istrinya dengan senyum manis yang membuat ketampanana Rifki bertambah berkali-kali lipat.

"Mas," panggil Nisa disela-sela tatapan mereka.

"Hmm," gumam Rifki tak memutuskan tatapan mereka, Rifki sangat betah memandangi wajah istrinya yang tambah cantik setiap harinya.

"Aku mau mangga muda yang ada di rumah pak Mamat." Nisa menunjukkan puppy eyesnya yang terlihat sangat mengemaskan, percayalah jika Rifki sudah melihat Nisa seperti itu maka sulit bagi Rifki menolak permintaan istrinya.

Tapi tunggu dulu, permintaan Nisa tidak semudah yang ia ucapkan. Bagaimana tidak? Pak Mamat itu merupakan tetangganya yang songgong seolah minta di kubur hidup-hidup.

Semua tetangga bahkan semua orang kompleks mereka mengenal pak Mamat itu siapa. Bagaimana tidak dikenal, orang setengah waras begitu. Siapapun yang mengusik hidupnya, maka siap-siap akan diamuk.

Rikfi menelan salivanya susah payah. "Yang lain aja ya sayang, atau gak aku beli di supermarket yang banyak," tawar Rifki.

Nisa cemberut lalu menggeleng. "Gak mau, aku mau mangga yang di rumah pak Mamat," rengek Nisa mengusap-ngusap perutnya. "ini maunya baby lho Mas."

Tidak ada pilihan lain, jika sudah menyangkut ngidam istrinya, Rifki tidak bisa lagi mengelak. Ia pun mengangguk dan bergegas menelpon Nathan untuk di minta bantuan.

Ngomongi soal Nathan, Rena, dan Putri. Kini Nathan dan putri melanjutkan study nya di kampus yang sama dengan jurusan yang berbeda. Sedangkan Rena? Dia ternyata satu kampus sama Bagas di kota Metro. Saat pertama kali ospek, Bagas dengan PD nya menyapa Rena menggunakan tingkah konyol yang membuat Rena saat itu mau menenggelamkan dirinya karena malu.

The Gray Love✔Where stories live. Discover now