37. Rifki Kedua?

3.5K 275 1
                                    

Setelah acara mendengarkan nasihat Bundanya, kini Nisa sedang berada di dapur dan berkutat dengan perkakas dapur. Tentunya Bunda juga ada di sana, mereka berencana membuat brownis untuk cemilan menonton mereka nanti. Art Nisa sedang ke pasar hari ini, membeli beberapa bahan pokok yang sudah habis.

"Nis, Rifki pulang kapan?" tanya Bunda disela-sela mengadon bahan-bahan utama pembuatan kue.

"Enam hari lagi Bun," jawab Nisa yang sedang membuat toping untuk pelengkap kue mereka.

"Oh." Bunda mangut-mangut. "Kamu UN 2 hari lagi kan?"

"Iya," jawab Nisa.

"Ada rencana kuliah?" tanya Bunda.

Nisa mengidikan bahunya. "Belom tau sih Bun, Nisa juga binggung," jawab Nisa.

"Kok binggung? Oh iya, Rifki ngizinin ngak kamu kuliah?"

"Mas Rifki ngizinin kok Bun, katanya asal Nisa bisa atur waktu antara rumah tangga dan kuliah dia gak masalah kalo Nisa kuliah. Nisa juga kemarin lolos SNMPTN Bun, tapi gak Nisa ambil," cengir Nisa.

"Kenapa gak di ambil?" tanya Bunda.

"Gak sreg sama jurusannya Bun. Nisa kemarin binggung mau jurusan apa, ya udah asal pilih aja tuh, eh gak taunya lolos. Saat di cari-cari lagi ternyata gak sesuai dengan ahli Nisa deh kayaknya Bun," curhat Nisa.

"Itu mah kamunya aja yang memang pada dasarnya iseng-isengan," kekeh Bunda. "Terus sekarang?"

"Ihh Bunda kok banyak tanya sih, kepo ya," cengegesan Nisa.

"Dih, gak ya. Cuma penasaran aja," ucap Bunda sewot.

"Dih sewot, terus Bun kepo sama penasaran itu pada dasarnya sama aja. Sama-sama pengen tau," kekeh Nisa.

"Iya udah iya, semerdeka mu lah nak-nak," ucap Bunda. "saran Bunda, mending gak usah kuliah deh Nis. Kalo kamu mau lanjut study, ikut aja home school kalo gak tuh ikut kelas privat apa gitu biar kamu punya usaha nantinya. Bukan Bunda gak nyuruh kamu kuliah, tapi Bunda hanya gak mau lihat kamu kelelahan. Soalnya gak gampang ngurus rumah, tugas kuliah, dan juga nanti kalo kalian punya anak, pasti ada salah satu diantaranya yang terbengkalai," lanjut Bunda.

Nisa mendengarkan dengan cermat sambil menjalankan otaknya untuk berfikir. "Ngomongi soal anak Nih, kapan kamu mau kasih Bunda cucu?" tanya Bunda terkekeh.

Nisa tersadar dari lamunannya. "A-apaan sih Bun, gak usah ngomongi anak dulu deh." Salah tingkah Nisa memalingkan mukanya.

"Lho kenapa? Kamu kan sebentar lagi mau lulus. Gak masalah dong kalo kalian udah mempertimbangi buat cucu untuk Bunda." Bunda tau soal perjanjian Nisa dan Rifki, kalo mereka belum berencana memiliki anak sebelum Nisa lulus dari sekolahnya, ya siapa lagi yang cerita kalo bukan Nisa. Menurutnya tidak masalah, selagi Nisa dan Rifki menyepakati dan menyanggupi perjanjian yang mereka buat sendiri.

"Nanti Nisa bicarain sama Mas Rifki," ucap Nisa yang ntah benar-benar akan bicara sama Rifki atau hanya sebagai alasan untuk segera mengakhiri pembicaraan tentang ini.

Bunda menganggukan kepalanya. "Oke, disegerakan ya Nis. Gak baik ditunda-tunda terlalu lama, mumpung kami masih ada," kekeh Bunda.

"Iih... Bunda ngomong apa sih," kesal Nisa yang mendengar ucapan akhir Bundanya.

***

16:00//

"Kamu beneran gak mau ikut Bunda ke rumah, Nginep. Selama Rifki belum pulang gitu?" Ini sudah kedua kalinya Bunda bertanya memastikan.

"Gak deh Bun, kalo pulang jadi rindu sama bang Kelvin," jawab Nisa cemberut. Fyi, Kelvin melanjutkan study nya di Negeri Kincir Angin, Bagas di kota Metro, sedangkan Rifki? Ia tetap stay di Jakarta.

The Gray Love✔Where stories live. Discover now