39. Amnesia(?)

4.4K 291 1
                                    

Happy reading🐥



Ceklek

Mereka memasuki ruangan yang dominan bernuansa warna putih tersebut. Dengan bulir-bulir bening yang silih berganti berjatuhan, Nisa mendekati brangkar rumah sakit. Seorang berbadan kekar dengan baju pasiennya, terbaring lemah di sana dengan perban yang terbalut di kepala dan infus yang selalu ada setiap kali orang sakit tak berdaya.

Sentuhan di tangan dan elusan di kepala, membuat Rifki terbangun dari tidurnya. Ia melirik Nisa dengan dahi mengernyit.

"Kamu udah sadar sayang, gimana ada yang sakit gak?" tanya Nisa cemas.

"Kok bisa kamu sampai gini, hiks...," ucap Nisa yang kini posisinya sudah memeluk Rifki.

Rifki mengangkat badan Nisa, yang membuat Nisa mengernyit. "Kalian siapa?" tanya Rifki.

Deg

Nisa, Rena, Putri dan Nathan mematung di tempat. Nisa menutup mulutnya dan geleng-geleng kepala tidak percaya dengan air mata yang kini kian deras mengalir. Hampir saja Nisa oleng, kalo tidak langsung di rangkul oleh Rena dan Putri yang berada tak jauh dari Nisa.

"Kak, lo bercanda kan?" tanya Rena tidak percaya.

"Kalian siapa?" alih-alih menjawab, Rifki mengulangi pertanyaannya lagi.

"Jangan bilang, kakak amnesia," ucap Nathan Polos yang kini semua tatapan langsung mengarah kepada Nathan.

Nisa mengalihkan pandangannya ke arah Rifki. "Mas, kamu gak inget aku? Aku istri kamu," ucap Nisa lirih menahan isaknya agar tidak terdengar.

"Istri? Emang saya udah menikah?" tanya Rifki.

"Kakak beneran gak inget siapa kita?" tanya Putri memastikan yang di jawab gelengan oleh Rifki.

Pecah sudah pertahan Nisa, isak tangis yang berusaha ia tahan kini terdengar mengalun di ruangan tersebut.

"M-mas, hiks... b-bilang ke aku kalo ini cuma b-bercanda, hiks...," isak Nisa yang masih berada dalam rangkulan Rena dan Putri.

Pedih, itulah yang dirasakan Rifki. Ia tidak bisa melanjutkan ini. "Kemari," panggil Rifki menyuruh Nisa mendekat.

Tidak mendapat respon dan pergerakan dari Nisa, Rifki merentangan tangannya. "Kamu gak rindu aku?"

Rena, Putri dan Nathan ternganga. Apa ini? Apa Rifki hanya berpura-pura hilang ingatan? Seketika raut wajah sedih Rena dan Putri berubah menjadi kesal.

Nisa kini sudah menyambut pelukan Rifki. "Kejutan," kekeh Rifki mendekap Nisa erat melepaskan semua rindu yang kemarin-kemarin sempat tertahan.

Nisa membalas tak kalah erat dan terisak di sana. "Aku hanya bercanda, gak mungkin dong aku lupa sama istriku yang paling cantik ini," goda Rifki.

Nathan yang masih belum paham situasi cengo. "Bentar-bentar, ini maksudnya kak kiki pura-pura gak inget yang tadi itu?" tanya Nathan polos.

"Iya!" jawab Rena dan Putri ketus menatap tajam Rifki.

"Kenapa kalian natap gue gitu?" tanya Rifki datar.

"Gak lucu tau gak kak! Kalo mau kasih kejutan ke Nisa, kita jangan dibawa-bawa!" ketus Rena.

"Gue udah syok tadi, eh kakak malah bercanda," tambah Putri menghela nafasnya.

Tidak mempedulikan ocehan sepupu dan temannya. Rifki mengecup kening Nisa lama.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Aku ikutan pedih liat kamu nangis begini," ujar Rifki melonggarkan pelukannya lalu menepis pelan air mata yang mengalir di pipi mulus Nisa dengan ibu jarinya.

The Gray Love✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz