• EPISODE#2 •

62.3K 8.2K 1.9K
                                    

Happy reading!

•••

Bella melangkah menuju kelasnya berada, mengabaikan tatapan dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

Pandangannya pun turut menatap papan-papan persegi panjang yang terpajang di setiap atas pintu, mencoba mencari di mana letak kelasnya berada. Kemarin ia ke sekolah hanya untuk mengurus berkas-berkasnya. Dan baru hari ini ia akan memulai aktivitasnya untuk belajar.

Hingga sampai akhirnya Bella menemukan ruangan yang dia cari-cari. Matanya mendongak menatap pintu yang menjulang di hadapannya.

Dengan menarik nafas panjang, Bella mulai melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan yang akan ia tempati selama dua semester kedepannya. Jujur saja, entah mengapa perasaan gugup mendadak menghampirinya. Seakan aura di dalam kelas itu terasa sangat berbeda dari kelas-kelas yang pernah ia tempati sebelumnya.

Dan benar saja. Ketika kedua kaki Bella berhasil berpijak pada lantai kelas—suasana senyap dan hening langsung menyambut kedatangannya.

Tidak ada satupun suara yang terdengar di telinga padahal ada banyak murid yang duduk rapi di hadapannya. Dan yang lebih anehnya lagi, di kelas ini hanya ada satu orang pria. Selebihnya di huni oleh kaum berjenis kelamin sepertinya.

Tubuh Bella mendadak terpaku. Genggaman pada tali tas ranselnya pun semakin mengetat. Terlihat para siswi di hadapannya hanya diam dengan kepala menunduk seakan tidak ada yang berani menatap dirinya.

Berbeda dengan pria di sudut ruangan. Pria itu malah bersikap sebaliknya—dia tampak mendongak dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Wajahnya pun sangat tampan dan terlihat masih muda.

"Permisi.."

Suara seseorang dari arah samping berhasil membuat Bella tersentak. Sontak ia menoleh dan menemukan ada seorang wanita yang usianya sekitar 30 an tengah berdiri di depan pintu. Bella menebak jika wanita itu adalah guru yang akan mengajar di kelas ini.

Bella lantas tersenyum canggung. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Mengingat ia masih murid baru di sekolah ini.

"Kenapa kamu tidak duduk?" tanya Dona, guru bahasa Indonesia.

"Maaf. Saya bingung harus duduk di mana, Bu." Bella meringis pelan. Memang semua kursi telah di isi oleh murid perempuan.

"Masih ada satu kok. Itu di sudut sana. Kamu bisa duduk bersamanya." tunjuk Dona pada bangku yang berada di pojok ruangan.

"Enggak apa-apa saya duduk bareng laki-laki?" tanya Bella mamastikan. Tentu dalam hati ia sangat senang. Selama sekolah Bella hanya duduk seorang diri tanpa ada siswa yang mau mengisi meja di sebelahnya. Miris memang.

Dona tersenyum tipis di balik wajah pucatnya. Ia kemudian mengangguk pelan. "Tidak apa-apa. Kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh memilih bangku mana saja yang mau kamu tempati."

Bella tersenyum sopan. "Baik, Bu. Terima kasih."

Setelah itu, Bella lantas berbalik dan mulai melangkah menuju bangku yang berada di urutan paling belakang. Di mana terdapat seorang pria tengah duduk sambil menatapnya intens.

Lama-lama Bella merasa jiwanya akan melayang jika terus mendapatkan tatapan itu. Jarang-jarang ada pria yang berani menatapnya. Bahkan sampai ingin menjadi teman duduknya.

"Hai," sapa Bella ketika ia telah duduk di bangkunya.

Pria itu membalasnya dengan senyum lebar. Dia bahkan merapatkan kursi mereka membuat mata Bella membelalak. Terkesan sangat tiba-tiba untuk seukuran orang asing yang saling bertemu.

Entah kenapa, Bella merasa jika ada sesuatu yang mengganjal dengan pria di sebelahnya itu.

"Hai juga, Bella." balas pria itu dengan ramah.

"Kamu tau namaku?" Bella terkejut ketika mendengar namanya di sebut oleh pria itu. Padahal ia sama sekali belum memperkenalkan dirinya ke para penghuni kelas ini.

Terdengar kekehan darinya membuat Bella semakin merasakan hal aneh.

Sebelah alisnya lantas terangkat. Ia sedikit menggeser tubuhnya—memberi jarak beberapa jengkal dari pria itu.

"Tentu saja. Sudah lama kami menunggu kedatanganmu." ujar pria itu santai.

Kening Bella mengerut. "Kami? Maksud kamu apa? Memangnya kita pernah bertemu?" tanya Bella dengan beruntun. Matanya memicing tajam menatap pria itu penuh curiga.

"Belum." dia kembali tersenyum lebar hingga memperlihatkan dua buah lesung pipi yang terlihat manis.

"Terus?"

Pria itu memandangnya penuh arti. "Nanti kamu akan tau sendiri."

Kepala Bella mendadak terasa pusing. Perasaan selama ini ia jarang melakukan kontak dengan orang asing terutama laki-laki. Bella juga ingat dengan jelas jika selama hidup, ia tidak pernah melihat wajah pria itu.

Bella memejamkan matanya sesaat kemudian kembali menoleh. "Kalau boleh tau, nama kamu siapa?"

"Zion."

•••

With Love,

Alyccaca

Posesif Eldrich (S#5) Where stories live. Discover now