• EPISODE#8 •

50.3K 6.7K 1.7K
                                    

Happy reading!

•••

"Maksudmu, pacaran?" Bella terbata-bata. Terlalu terkejut mendengar penuturan Eldrich barusan. Pria itu tanpa terduga menawarkan sebuah hubungan yang lebih serius dari sekedar pertemanan biasa.

Eldrich hanya berdehem.

Bella menggerutu. "Berteman denganmu saja di larang, apalagi pacaran. Bisa-bisa papa menggantungku kalau hubungan kita sampai ketahuan."

Bella ingat dengan jelas peraturan yang di berikan oleh Kenzie, ayahnya. Pria itu memang sangat posesif. Tidak suka jika ada yang mendekatinya apalagi sampai menawarkan hubungan yang lebih serius.

Bella sendiri masih belum mengetahui apa alasan di balik sikap overprotektif ayahnya. Sudah berulang kali ia meminta penjelasan, namun beliau hanya bungkam dan menyuruhnya untuk menuruti perintahnya saja. Jujur saja, Bella merasa jika pria itu tengah menyembunyikan sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.

Tangan Eldrich menjelar meraih tangannya. "Kamu tenang saja. Untuk masalah itu, aku bisa mengurusnya."

"Tapi... kenapa?"

Genggaman Eldrich mengerat. Iris matanya yang tajam menatap dirinya dengan penuh keyakinan. "Alasannya simpel. Karena aku mencintaimu."

"Ha?" Bella terbengong sesaat. Dia membalas tatapan Eldrich dengan raut terkejut bukan main. "Ka-kamu bilang apa barusan?" Bella mengerjap, mencoba memastikan jika ia tidak salah dengar.

"Aku mencintaimu. Sangat." Eldrich berkata sekali lagi. Mengulangi kalimatnya barusan. Penuh tekanan dan bersungguh-sungguh.

Bella langsung meneguk ludah dengan susah payah. Telapak tangannya sampai berkeringat dengan jantung yang ikut berdebar tidak karuan. Ia benar-benar tidak menyangka. Hanya pertemuan singkat, ternyata berhasil membuat Eldrich jatuh hati padanya.

"Sejak kapan?"

"Sejak pertama kali kita bertemu."

Bella tercengang sesaat. Ia berkedip beberapa kali lalu menyipit curiga. "Kamu serius?" walau Bella sendiri tahu jika Eldrich tipe orang tidak pernah main-main dengan perkataan apalagi soal perasaan.

"Apa aku terlihat bercanda?" Eldrich menatapnya dengan begitu lekat. Suaranya pun terdengar tegas serta gambaran wajah yang serius sudah membuktikan jika dia tidak sedang bercanda.

Mengetahui hal itu tentu membuat Bella mati kutu. Kalau sudah seperti ini, Bella tidak tahu harus membalasnya dengan kalimat apa. Lidahnya tiba-tiba saja terasa berat dan keluh. Apalagi ketika melihat tatapan Eldrich yang belum juga terputus bahkan malah semakin dalam dan mengintimidasi.

Bella menggigit bibirnya. Mendadak ia bertingkah seperti gadis perawan yang pemalu. "Enggak sih. Tapi menurut aku ini terlalu cepat. Aku masih kurang yakin kalau kamu benar-benar mencintaiku."

Eldrich menaikkan sebelah alisnya melihat wajah Bella yang merah merona. Diam-diam Eldrich tersenyum miring—lebih tepatnya tersenyum kecut.

Terlalu cepat? Ia terkekeh mendengar dua kata itu. Selama ini ia sudah menunggu terlalu lama. Delapan tahun bukan waktu yang singkat. Ia bahkan hampir gila karena menunggu selama itu. Dan dengan mudahnya Bella mengatakan terlalu cepat? Bahkan sampai meragukan perasaannya itu.

Eldrich mengembuskan nafas panjang. Dia memejamkan matanya sesaat kemudian membuka pintu mobil. "Keluarlah, aku akan mengantarmu ke kelas."

"Eh?" Bella kembali dibuat terpaku. Padahal baru saja ia dibuat terbang. Dan kini Eldrich malah mengusirnya keluar. Eldrich memang seperti bunglon. Suka berubah-ubah dan sulit di tebak.

Posesif Eldrich (S#5) Onde as histórias ganham vida. Descobre agora