Part 20 - "Bitch i gotta go!" -

Start from the beginning
                                    

Aku segera masuk ke kamar, "Violin?" Aku merasakan ada yang salah dengan Violin. Tapi apa yang terjadi? "Violin, are you alright?" Aku duduk di sebelahnya sambil mengelus punggungnya.

Violin segera membuka tangannya dan menampakkan wajahnya. "Aku pusing dan mual, Luke," Dia melihat ke arahku dan aku melihat ke matanya yang memerah.

Ini adalah sebab dari minum kebanyakan vodka. Sesungguhnya ini hanya penyakit biasa kecuali orang yang mempunyai alergi terhadap minuman beralkohol.

"Aku sudah bilang padamu jangan banyak meminum vodka," Jawabku.

"Can i have that cigeratte? i feel so dumb," Violin hampir mengambil rokok di mulutku tapi aku langsung memegang tangannya. Karena aku tidak mau Violin merokok. Dia mabuk dan dia tidak bisa mengontrol dirinya sekarang.

"No no no, you cant have it," Aku melaranganya tapi aku masih tersenyum kepadanya."Ini berbahaya jadi kau tidak boleh, Violin."

"Oh my god, aku ingin muntah," Keluh Violin sambil memegang mulutnya dengan kedua tangannya. Menahan agar dia tidak muntah disini.

Untung saja di kamar Calum ada kamar mandi, "Ayo ke kamar mandi!" Aku menuntun Violin menuju ke kamar mandi.

Saat di kamar mandi Violin langsung mutah di toilet. Aku hanya bisa memijat lehernya supaya dia merasa lebih baik. Jujur aku merasa kasihan dengannya. Aku belum pernah melihat Violin selemah ini, palingan aku melihat dia lemah saat dia menangis. Hanya itu.

"Merasa lebih baik?" Tanyaku sambil mengelus punggungnya. Dia mengangguk. "Akan ku ambilkan segelas air dan tisu untukmu."

Aku segera berdiri dan keluar untuk mengambilkan tisu. Saat aku sedang berjalan melewati sekerubunan orang dansa ada seseorang yang menarik tanganku dari belakang. Saat aku berbalik badan, itu Angelina.

"Mau kemana kau?" Angelina tersenyum dengan licik. Berusaha menggodaku dengan merangkul leherku dengan tangannya. "Remember me?"

"Angelina aku harus pergi," Aku memegang pinggangnya untuk melepaskannya dariku. Dia sangat susah dilepaskan sama seperti parasit yang tumbuh di pohon.

"Kenapa kau tidak mengundangku ke pesta?" Mulutnya dekat dengan mulutku dan aku sudah bisa merasakan napasnya.

"Shit!" Aku meggerutu. "Bitch i gotta go!"

Aku segera mendorong paksa Angelina dan segera pergi.

Sial, kenapa Angelina harus datang secepat itu? Aku tidak jadi mengambil tisu dan air. Aku segera berjalan cepat menuju ke kamar Calum untuk segera mengambi Violin dan pergi dari sini sebeum ketahuan oleh Angelina. Aku melhat Violin yang masih berada di toilet. Dia menyenderkan kepalanya di toilet. Sepertinya dia amat pusing.

"Violin," Aku memanggilnya lalu dia meihat ke arahku.

"Luke?" pandangannya kosong dan aku tahu dia juga sudah lelah. Matanya tambah memerah.

Aku melepas kemejaku dan menggunakan itu sebagai elap untuk Violin. "Maaf aku tidak bisa mengambilkan tisu, karena banyak sekali orang yang ada di ruang tamu," Aku membasahkan kemejaku dengan air dan mengelapnya ke wajah Violin. Aku membuang rokokku ke toilet sebelum aku meninggalkan tiolet ini. Sekarang aku hanya mengenakan kaos hitam dan ceana jeans. Aku membantu Violin untuk berdiri dan keadaannya sangat lemah sekarang. Dia membawa kemejaku di tangannya.

Akhirnya aku sampai di mobil dan aku berhasil memasukan Violin ke mobil. Aku segera menjalankan mobilnya menuju ke rumahku, karena aku yakin jika aku mengantarkan Violin ke rumahnya pasti Ibunya akan marah kepadaku. Kami tidak berbicara di mobil karena aku yakin Violin pasti merasa terlalu lelah untuk berbicara. Saat aku lihat dia, dia sudah tertidur. Dia pasti sangat lelah malam ini hingga dia tertidur sangat cepat dan pulas.

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now