Part 40 - "I-I did, no Calum did" -

365 19 2
                                    

VIOLIN'S POV:

Aku membuka pintu dan shit itu adalah Luke. Dia tersenyum sambil membawa sekotak pizza yang ada di tangannya. "What the hell are you doing here?" Tanyaku. Ughh aku benci saat dia kesini, entah kenapa tapi dia adalah salah satu yang membuat hidupku berantakan.

Aku meminum vodka yang ada di tanganku. "Just bring you pizza because I know you're hungry," Dia menyodorkan sekotak pizzanya itu ke arahku.

"How did you know im hungry?" Tanyaku. Tidak tersenyum, aku memasang muka datar.

"Uhh..." Dia menggigit bibirnya dan memutar bola matanya, "Sugesti?"

"Just tell me you brought this pizza for me," Tebakku dan Luke hanya tersenyum. "Ugghh..." Aku menggerutu sambil masuk ke dalam dan Luke mengikutiku.

Aku meminum vodkaku terus menerus. Aku merasa sangat dehidrasi saat ini. Aku kembali duduk di sofa dengan TV yang masih menyala dan aku menonoton TV itu lagi dan mengaggap Luke tidak ada, padahal dia sudah duduk di sampingku.

Aku kembali meminum vodkaku, "You're addicted to vodka, huh it's funny." Dia membuka kotak pizzanya dan menaruhnya di meja kecil disamping sofa. Dia manruh kedua kakinya di atas sofa sama sepertiku.

Luke mengambil dua slice pizza dan memberikannya satu untukku. Aku tidak dapat menutupi kelaparanku lalu aku mengambil pizza itu lalu aku memakannya. Hmm.. rasanya enak, aku suka saat kejunya meleleh di mulutku.

"Luke, kau tidak akan ke sini jika ada Mumku dan kau kesini saat Mumku baru saja pergi, bagaimana kau bisa tahu?" Tanyaku saat aku masih mengunyah pizzaku.

"Well.." Luke menelan pizza yang ada di mulutnya. "Sebenarnya aku hanya ingin mengantarkan pizza ini, aku habis dari toko alat musik bersama Michael lalu aku membeli pizza lalu mampir ke rumahmu untuk memberikan pizza ini, saat aku sudah dekat ke rumahmu, aku melihat Mum kau pergi dengan mobil."

"Nice." Ucapku dengan singkat. Lalu aku beranjak dari sofa menuju ke dapur untuk mengambil minum. Aku mengambil dua gelas air putih untukku dan Luke. Lalu aku kembali duduk di sofa dan meletakkan air putih di meja sampingku dan memberikan satu air putih untuk Luke.

"Thanks," Luke berterima kasih. Lalu dia meminumnya.

Aku melihat sebuah lebam di pipi dekat mata Luke. Lebam berwarna bitu keunguan. Jangan bilang dia habis berantem lagi. "Luke," panggilku. Lalu dia berhenti minum dan menaruh gelasnya di dekat kotak pizza. Dia melihat ke arahku. "Ada apa dengan pipimu?"

"Umm..." Dia memegang lebamnya. "Ini-Ini hanya-"

"Jangan bilang kau bertengkar lagi dengan Calum," Ucapku. God kenapa Luke selalu bertengkar dengan Calum, dan pasti setiap kali mereka bertengkar yang jadi masalahnya adalah aku.

"I-I did, no Calum did," Kata Luke namun aku tidak mengerti. Aku melihatnya dengan tatapan bingung. Aku menaikan alah satu alisku dan menunggu dia untuk menjelaskan dengan jelas. "Calum did hit me."

Oh god I don't wanna hear this anymore.  Aku memegang kepala ku, menutup mataku dan menggelengkan kepalaku. Ughh I hate this. Kenapa aku yang selalu di salahkan? "Luke could you-could you-"

Luke memegang kepalaku, membuatku berhenti menggeleng yang mana membuatku pusing. "Violin Violin-"

"Nah Luke this is my fault," Aku melepaskan tanganku dari kepalaku dan melihat Luke. "All of this, is my fault. This is my fucking fault!" Aku merasakan air mataku memenuhi isi mataku.

"No it is not," Luke mengambil tanganku dan melihat ke dalam mataku. "Calum just.. Calum-Calum just.."

"Calum just what?" Tanyaku sangat amat pensaran.

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now