Part 37 - "Wanna play fifa?" -

484 24 0
                                    

LUKE'S POV:

Pada malamnya setelah pulang dari pesta aku tidak bisa tertidur. Aku merasa bersalah kepada Violin. Yeah tentu saja ini adalah salahku. Aku menggunakan Stephanie hanya untuk menggantikan Violin, maksudku selama Violin tidak ada ,Stephanie yang selalu siap mendengarkanku. Tapi Stephanie selalu mengirimkanku pesan yang mana membuatku sangat terganggu. Aku butuh dia tapi aku juga tidak butuh dia. Sejujurnya aku merasa kesal ketika Violin sudah mendekati Calum, aku merasa aku ingin membalasnya. Aku juga ingin membuat Violin merasakan apa yang aku rasakan. Jadi saat dia bersama Calum, aku bersama Stephanie.

Tiba-tiba HPku berbunyi. Aku melihat ke layarnya, ternyata itu telfon dari Ibuku. Ugh aku sangat males ngangkatnya.

"Halo?"

"Hii Luke, whats up?" Tanya ibuku dengan nada yang bersemangat.

"Im about to sleep mum," Jawabku. "Why do you call me?"

"I just wanna tell you that after graduation, we can live together again in Sydney,"

Ugh aku tidak mau pindah dari sini. Aku sudah merasa nyaman tinggal di Inggris. Aku tidak ingin merasakan lingkungan baru.

VIOLIN'S POV:

Keesokan harinya aku bangun jam sembilan lalu aku segera mandi dan berganti baju. Mangingat kejadian semalam, tentang ibuku marah-marah kepadaku membuatku tidak betah di rumah hari ini. Aku ingin ke rumah Calum hari ini. Hari ini aku memakai kemeja kotak-kotak berwarna merah dan celana jeans. Aku sedikit memakai mascara dan eyeliner agar terlihat segar. Setelah itu aku turun ke lantai bawah.

Saat di lantai bawah aku melihat Ibuku yang sedang menonton TV sendirian. Aku belum melihat Ayahku belakangan ini. Aku masih berjalan menuju pintu rumah. Tiba-tiba ibuku memanggilku yang membuat aku harus berhenti dan melihatnya.

"Violin! Kau mau kemana?" Tanya Ibuku dengan nada agak sedikit marah.

"Ke rumah Calum," Jawabku dengan santai.

"KAU TIDAK BOLEH PERGI HARI INI!" Teriak Ibuku. Ugh aku sudah kesal saat ibuku seperti ini. Tidak bisanya aku tidak diizinin untuk pergi. Tapi aku tetap berjalan ke pintu rumah dan mengabaikan Ibuku."Violin!"

"Mum, im teenager!" Aku segera keluar dan berjalan ke rumah Calum.

Kenapa Ibu menjadi galak seperti ini? Tidak biasanya ibuku seperti ini. Sepertinya ada yang salah. Aku juga belum melihat Ayahku belakangan ini. Dia seperti tidak ada di rumah. Aku kira selama ini, Ayah selalu pulang malam jadi aku tidak bisa melihatnya.

Setelah berjalan beberapa blok, aku sampai di rumah Calum. Rumahnya tampak sepi. Aku berjalan menuju pintu rumahnya dan mengetok-ngetok pintunya beberapa kali. Tapi tidak ada yang merespon dari dalam. Aku rasa Calum dan keluarganya sedang pergi. Tapi aku tidak mau kembali ke rumah, aku tidak mau mendengar Ibuku marah lagi. Tapi aku harus kemana? Aku tidak mungkin ke rumah Luke. Aku tidak tahu diamana rumah Michael atau Ashton, tapi aku rasa rumah mereka nggak jauh dari rumah Luke.

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja, tidak tahu kemana aku akan pergi. Hidupku menjadi tidak aman. Aku merasa tidak aman semenjak aku putus dengan Luke. Ibuku menjadi jahat kepadaku seperti sesuatu terjadi padanya dan Ayahku. Aku bahkan tidak tahu kapan aku terakhir melihatnya. Mungkinkah Ibu dan Ayahku bertengkar kemudian Ayahku pergi meninggalkan Ibuku?
Saat aku sedang berjalan seseorang memanggil namaku, "Violin!" Suaranya tidak asing lagi dan aku melihat ke belakang. Itu adalah Calum. Dia berlari menghampiriku. "Hei, where are you going?"

"I dont know," Aku menggelengkan kepalaku masih tertunduk. Aku sedang tidak dalam mood yang baik.

"Hei what happen?" Calum memegang punggungku dengan tangannya. Aku merasakan air mata sudah memenuhi mataku. Aku tidak siap menghadap ke Calum dengan mata berisi air mata. Jadi aku diam sejenak. "Violin, what's wrong?"

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now