39. Stalking

689 171 18
                                    


Happy Monday and Enjoy Reading!

————————

Biasanya kalo weekend, Janu akan bangun lebih siang. Dia bakalan menghabiskan waktu dengan rebahan di kasur sampai beberapa temannya akan mengajak nongkrong atau pergi jalan dengan salah satu dede gemesnya.

Namun, Sabtu pagi ini berbeda. Saat Bang Rendra baru keluar kamarnya, Janu sudah rapi dengan setelan serba hitam. Celana jeans, hoodie serta topi yang berwarna hitam tanpa hiasan apapun. Belum lagi motornya yang juga berwarna senada.

Cowok itu kemudian duduk di atas motor, dalam perjalanan menuju rumah milik salah satu teman satu gengnya; Angga. Setelah sampai di area rumah dengan cat abu-abu tersebut, Janu berhenti di dekat lapangan tak jauh dari sana. Dia akan menjaga jarak aman.

Janu memperhatikan rumah tingkat dua itu dengan seksama. Hanya terdapat dua buah sepeda motor –yang Janu yakin salah satunya milik Angga di dalam garasi. Rumput di teras depan juga tidak tampak terawat dengan tinggi yang melebihi mata kaki.

Setelah hampir sepuluh menit berada dalam posisi yang sama, Janu akhirnya mendapati seseorang keluar dari rumah itu. Spontan, ia menunduk supaya tidak terihat mencolok. Matanya tetap memperhatikan sosok yang keluar rumah sambil membawa motor. Ia yakin itu Angga.

Mengikutinya, Janu menjaga jarak lima meter di belakang Angga ketika cowok yang pernah terjerat kasus di semester lima kemarin itu sudah mengendarai motor. Janu sama sekali ngga tahu Angga bakal kemana, tapi ia menduga mungkin akan mengambil paket seperti yang ada di SMS.

Saat sudah melewati empat lampu merah, Janu menyadari sesuatu. Tak hanya Angga yang sedang dibuntuti, tapi ia juga merasa sedang diikuti. Matanya beberapa kali melirik spion yang menangkap motor Vario dengan plat yang sama, sudah berada di belakangnya sejak keluar dari area rumah Angga.

Jika ia tidak sedang membuntuti orang, mungkin ia akan menggunakan cara aman; memutar di jalan yang sama sebanyak tiga kali lalu pergi dengan kecepatan tinggi. Namun kali ini, ia tidak boleh kehilangan jejak Angga.

Perhatiannya lalu teralih pada Angga yang memilih berhenti mampir ke salah satu minimarket. Karena menjaga jarak, Janu memilih berhenti di depan sebuah toko yang sedang tutup tiga ruko dari minimarket. Ia memperhatikan berapa lama yang Angga habiskan di tempat tersebut.

Setelah selesai dengan urusannya, Angga terlihat keluar dan kembali mengendarai motor. Janu mengikutinya dan masih menemukan motor Vario yang juga membuntutinya. Cowok itu berusaha mengingat nomor platnya namun tidak merasa familiar sama sekali.

Lima belas menit kemudian, Angga membawa motornya menuju sebuah jalan yang sepi. Lalu ia berhenti di depan sebuah rumah kosong, memarkirnya di sana lalu masuk ke dalam.

Janu berhenti di balik pohon yang ada di tikungan jalan tak jauh dari rumah itu. Ia menyempatkan mengambil foto ketika Angga berjalan masuk ke dalam. Saat hendak melihat keadaan sekitar, lagi-lagi ia menemukan motor Vario yang telah mengikuti sejak tadi.

"Siapa, sih?" gumam Janu pelan.

Jika itu adalah teman sekolahnya, hampir tiga tahun menjadi penghuni parkiran murid, belum pernah ia melihat motor itu. Cowok itu lantas memperhatikan si Vario tersebut terang-terangan. Keduanya lalu saling bertatapan dengan masih menggunakan helm yang tertutup kaca masing-masing.

Karena suasana jalan yang sepi, Janu dan pengendara motor Vario tersebut bisa mendengar suara pintu rumah kosong yang dibuka. Mereka memutus pandangan dan sama-sama beralih ke Angga. Janu dengan cepat mengambil foto ketika cowok itu berjalan ke arah motor sambil memegang sebuah bungkusan.

The Rebels ✓Where stories live. Discover now