37. Curiga

717 173 9
                                    

Guys, jangan lupa vote dan comment, ya. I need your feedbacks^^

Enjoy Reading!

------------

Pagi itu, suasana sekolah lebih sepi dari biasanya. Dua angkatan tidak hadir di jam mereka biasa masuk; pukul tujuh. Parkiran murid akhirnya terasa lapang dan jalan di depan gerbang sekolah tidak mengalami kemacetan pagi.

Ini bukan Try Out pertama bagi angkatannya Janu. Sebelumnya, mereka sudah melaksanakan beberapa TO yang diadakan oleh bimbingan belajar maupun universitas swasta di sekolah. Namun ini TO perdana dimana hanya ada angkatan mereka yang masuk pagi.

Kelas dua belas harusnya masuk seperti biasa, yakni pukul tujuh pagi. Namun saat jam baru menunjukkan pukul enam kurang beberapa menit, Janu sudah duduk di atas motor yang terparkir di lahan parkiran murid. Telinga kanannya disumbat oleh sebuah earpiece yang tersambung oleh Dion.

"Aman, Bang."

"Oke, gue jalan, ya," ucap Janu sambil memasang kupluk hoodie hitamnya. Karena jadwal hari ini TO untuk satu mata pelajaran yang dilanjut belajar biasa –dan hampir sebagian besar buku pelajaran miliknya ada di kolong meja kelas, Janu ke sekolah tidak membawa tas. Benar-benar definisi dari membawa diri saja.

"Hati-hati, Jan." Sebuah ucapan yang Janu yakin bukan suara Dion terdengar di telinga. Suara ini serak khas seperti orang baru bangun tidur.

Cowok yang baru berjalan dua langkah dari motornya itu langsung berhenti. "Siapa, tuh?" tanyanya pelan.

"Hardan, bos. Gue nginep," jawab si empunya suara di seberang sana. Terdengar juga suara cekikian kecil milik Dion.

"Lah, jadi pada nginep?" bisik Janu. Suasana sekolah memang masih sepi –bahkan satpam saja belum terlihat oleh kedua mata Janu, namun cowok itu tetap mengendap-endap dan memelankan suara.

"Gue di Dion, Jani di Wanda," jawab Hardan. "Eh, Yon. Walas lo bukannya suka masuk pagi, ya?"

Janu lagi-lagi menghentikan langkahnya. Ia memperhatikan percakapan antara dua anak kelas sepuluh yang sedang berada di kamar Dion serta mengawasi keadaan sekitarnya.

"Iya, cuma kan doi ngga ngawas TO. Lanjut aja, Bang. Gue masih mantau, kok," balas Dion seakan tau kewaspadaan Janu. Dari kamarnya yang nyaman, Dion bisa melihat keadaan sekolah melalui sistem kamera pengawas yang ia retas.

Begitu si Agit berhasil sampai di depan Laboratorium Komputer –ruangan yang akan dijadikan tempat TO nanti, Ia membuka pintu dengan pelan. Berusaha meminimalisir suara yang muncul.

"Komputer host kan?" tanya Janu memastikan.

"Iya, Bang. Yang waktu itu gue pake."

Janu lantas mengangguk dan berjalan menuju komputer utama. Ia menyalakan benda itu dan menancapkan sebuah flashdisk. Jari-jarinya lantas bergerak lincah di atas keyboard, mengikuti arahan dari Dion. Setelah dirasa berhasil, cowok itu langsung pergi keluar dari ruangan. Meninggalkan flashdisk yang ia biarkan tertancap di komputer.

"Ah, elo. Pas kemaren gue ngga sengaja ketinggalan, lo sampe marah-marah. Giliran ini, malah dibiarin."

"Yang kemaren lo lupa cabut itu flashdisk baru, anjrit. Gue belinya nabung. Yang sekarang dipake mah flashdisk nemu."

Sambil berlari pelan kembali menuju gerbang sekolah, Janu mendengarkan perdebatan kecil antara Hardan dan Dion di telinganya. Beberapa langkah menuju pos satpam, cowok itu mendengar suara bersin khas bapak-bapak. Ia spontan berhenti dan mencari asal suara.

The Rebels ✓Where stories live. Discover now