21 | SALAH PAHAM.

8.7K 739 40
                                    

^^^

Mobil yang Arneta dan Domi tumpangi berhenti di pelataran parkir polres metro Jaksel.

Nampak suasana ramai siang hari. Banyak orang-orang yang berlalu lalang keluar masuk polres untuk mengajukan laporan atau sekedar membesuk sanak saudara.

"Udah sampai." Domi menyentuh bahu Arneta yang fokus menonton film animasi Naruto di ponselnya.

Arneta menoleh kearah Domi sambil melepas headset bluetooth dari kedua telinganya. "Kenapa?"

"Udah sampai." Domi menunjuk keluar kaca mobil.

Arneta mengangguk, kepalanya ikut menoleh kedepan. Keningnya berkerut saat kembali memperhatikan kegiatan Domi yang sibuk memakai masker dan topi lalu melapisi kaos navy yang dipakainya dengan sweater hoodie hitam.

"Loh lagi ngapain?" Tanya Arneta bingung.

Domi memakai topi hoodie hitamnya untuk menutupi kepala. Penampilan Domi saat ini persis pembunuh berantai dalam film Korea yang pernah ia tonton.

"Loh lupa?"

Kening Arneta berkerut, bingung. "Maksudnya?"

Domi menatap wajah sahabat perempuannya itu dengan wajah sombong. "Gue Dominic Ramon Sanchez. King of night clubs. You now? Anak club mana di Jakarta ini yang nggak kenal gue!" Songongnya.

Arneta mendengus. "Sombong amat!"

"Yee, di bilangan ngeyel. Gue itu cakep, karena itu kecakapan gue harus di tutupi biar nggak ada pens panatik yang ngejar-ngejar, bisa berabe kalo ada." Celotehnya panjang lebar.

Arneta diam. Raut wajahnya datar memperhatikan wajah sahabatnya.

"Kenapa?" Tanya Domi dengan nada bingung. Bahkan Arneta kesulitan melihat mata Domi yang tertutup topi.

"Kau tampak seperti psikopat gila!" Sarkas Arneta.

Benar saja. Saat ini penampilan Domi persis buronan kepolisian. Pria blasteran Amerika indo itu memakai celana jeans hitam sobek di bagian lututnya, sweater hoodie hitam, masker hitam, topi hitam dan ya, jangan lupakan sarung tangan hitam yang hanya menutupi telapak tangan dan punggung tangannya. Jujur Arneta merasa seperti sedang satu mobil dengan psikopat gila. Domi hanya tinggal membawa pisau atau pistol dan pria itu sukses akan menjadi pembunuh berantai bagi siapa saja yang melihatnya.

Arneta bergidik ngeri membayangkan bahwa ternyata Domi, sahabatnya adalah psikopat yang akan memutilasi tubuhnya.

"Tidak! Tidak! Membayangkan nya saja begitu mengerikan.!" Arneta menepuk pipinya, menyadarkan diri dari pikiran absurnya.

Domi mengernyit melihat Arneta yang menggelengkan kepalanya heboh. "Napa loh! Kerasukan?" Ucapnya bergidik.

Arneta menggeplak bahu Domi kuat. "Sembarangan. Kalo ngomong!" Sewotnya. Semua orang tahu Arneta tidak suka pembahasan tentang hal yang berbau mahluk tidak terlihat.

"Udah ayok turun. Nanti di tengokin pakpol kenapa belum turun-turun." Domi hendak membuka pintu sampingnya saat Arneta menggeleng tegas.

"Nggak mau."

"Lah kenapa?"

Arneta menunjuk pakaian Domi. "Pakaian loh kayak psikopat pemerkosa anak-anak. Nanti dikira gue jalan sama buronan! Gue nggak mau bareng loh!" Unjarnya. Tangannya bersedekap dada dengan tubuh bersandar di sandaran kursi.

Domi memperhatikan penampilannya dari atas hingga bawah. "Sialan loh! Cakep gini mirip oppa-oppa Korea." Sahutnya. Tangannya replek meraup wajah sahabatnya.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang