32 | AMBRUKADUL.

1.4K 96 2
                                    

^^^
Arneta POV.

Kami berdua belas duduk di sofa ruang tamu. Kepalaku menoleh kiri kanan menatap sekeliling isi dalam rumah yang akan kami tinggali ini. Lumayan bersih dan nyaman.

Lukisan dan furniture lama tertempel menghiasi dinding. Jam besar yang terletak di sudut berbaris dengan pintu-pintu kamar.

Mataku pokus menatap lukisan di sisi kanan jam dinding tersebut.

Kayaknya mahal deh. Kalo di jual nggak ada yang tau juga. Hehehe,, bisalah nanti malam. Pikirnya kriminal.

Terlalu pokus dengan interior dan penampakan isi rumah, aku sampai lupa bahwa WC lebih penting saat ini di bandingkan maling lukisan.

Tanganku gatal ingin bertanya di mana letak kamar kecil, sungguh sedari tadi rasanya ari-ari ku mau meledak sangkin sakitnya menahan kencing. Sedangkan Dominic sedari tadi nampak santai berbincang dengan yang lainnya.

Jika terus begini, bisa-bisa diriku wafat karena ledakan air kehidupan.

"Oke sekarang kita bagi tugas." Unjar Fatur memulai pembicaraan.

"Ketua Adnan. Gimana? Ada yang nggak setuju? Angkat tangan." Usul Dimas memberi ide.

Tidak ada yang mengangkat tangan. Karena memang tugas ketua itu mempunyai tanggung jawab besar.

"Lah kok gue." Adnan yang di calonkan tidak terima.

"Lohkan ketua DPMU. Udah dipercaya bakal jadi ketua kita selama disini. Setujukan semua?." Tanya Dimas.

DPMU (Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas)

"Setujuu!!" Semua menjawab kompak. Kecuali Arneta yang diam saja menahan pipis.

Sungguh ia tidak perduli siapa yang akan jadi ketua, wakil dan lain-lain yang jelas ia butuh wc.

Arneta butuh kamar mandi. Huaaa mama..

"Wakil siapa?" Tanya Mona.

"Dimas aja. Diakan yang nyalonin gue, jadi biar impas." Usul Adnan membalas dendam.

"Setujuu!!" Lagi semuanya menyetujui.

Dominic buka suara. "Terakhir bendaranya siapa? Cewek nih harus." Tanyanya.

"Gimana kalo loh aja Mon?" Tanpa ba-bi-bu Rizky mencalonkan Mona yang sibuk makan keripik di samping Arneta yang menahan kencing.

"Lah kok gue?" Tanyanya tidak terima.

Serly menepuk bahu Mona. "Udah terima aja, hahahaha." Kelakarnya.

"Bendahara satu Mona. Bendahara dua Serly. Oke!" Tanpa persetujuan Serly ikut kena getanya membuat Mona balik mentertawakan dirinya yang sudah niat protes tapi terurungkan oleh Arneta yang ngacir menuju dapur.

"Bodoh amat. Pak ketua saya izin ke kamar mandiii.." teriaknya berlari ngacir dengan langkah kocar-kacir.

"Lah tuh anak kenapa?" Tanya Ulan heran melihat cara berjalan Arneta yang aneh.

"Nahan kencing dari tadi dia, malu mungkin mau nanya WC di mana." Jelas Tegar yang rupanya memberitahu letak WC pada Arneta.

Semua orang ber-oh ria mengabaikan Arneta yang mungkin saja sudah cepirit di jalan.

Kamar mandi gue datang..

Langkah kakiku tidak beraturan rasa-rasanya sedikit saja ku buka apitan kedua kakiku sumber air kehidupan akan memancar deras.

Tanpa berniat mengunci pintu, aku masuk ke dalam WC membanting pintu dan berteriak sebelum benar-benar membuka celana untuk menuntaskan hajat.

"GUE LAGI KENCING KAMAR MANDINYA NGGAK KEKUNCIN. JANGAN MASUUUKKK!! AWAS LOH PADAAA!!" Pekikan cempreng tersebut seakan memberi tanda bahwa gadis Tionghoa itu menyetujui peraturan yang sedang di buat.

Meringis malu Dominic menepuk jidat oleh kelakuan Arneta yang memalukan.

Semua orang saling padang sebelum menggeleng kepala kompak.

"Sepertinya kita punya badut."

"Itu bukan badut. Anak TK kayaknya." Klakar Tegar yang di angguki Dimas dan yang lainnya.

Adnan menjentikkan jari menarik perhatian semuanya. Selaku ketua ia mulai membagi tugas yang akan di kerjakan, sebelum itu ia juga membagi kelompok menjadi enam kelompok yang terdiri dari dua orang untuk melakukan tugas setiap harinya. Seperti menyapu, memasak, mencuci piring dan lainnya. Kecuali mencuci baju dan membersihkan kamar karena itu tugas masing-masing.

Dan Arneta satu kelompok dengan Dominic, keduanya mendapat tugas hari Senin, besok.

Dalam pembagian kamar. Arneta satu kamar dengan Mona. Andin dan Serly. Dimas dan Dominic. Galang dan Adnan. Fatur dan Tegar. Dan terakhir Ulan dan Rizky.

"Akhirnya kelar juga. Alhamdulillah ya Allah." Arneta keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Celana bagian kiri bawahnya basah hingga mengharuskan untuk ia gulung sebelah. Sebagian baju dan wajahnya juga basah terciprat air dalam gayung saat tadi ia ambil air dari dalam bak mandi yang lebih tinggi dari posisi jongkoknya.

Penampilan Arneta kacau persis anak kucing tersiram air good. Tapi tidak papa gadis itu bahagia karena hajatnya berhasil di tuntaskan.

Saat melangkah melewati dapur matanya tidak sengaja melirik sesuatu di dalam kardus yang menimbulkan ide cemerlang di otak cantiknya.

Dengan cekatan Arneta mengambil dan memakai barang tersebut. Tidak perduli punya siapa dan bagaimana ia ada di situ Arneta pakai saja.

Melangkah dengan dada membusung dan kaki yang di geret sebelah, Arneta melangkah dengan wajah tengil dan kepala mendongak sombong.

"Hahahaha akhirnya Arneta kencing juga." Dengan suara yang di buat berat Arneta berkacak pinggang layaknya rentenir yang berhasil menagih hutang.

Byurr.

"Adnan bangsaattt!!!"

"Liur lu kena muka gue. Anjing!!" Makian itu meluncur dari mulut Galang yang wajahnya basah tersebur kopi dari mulut Adnan.

"Huk.. huk.. huk.." Adnan terbatuk-batuk.

Dimas, Adnan, dan Dominic yang masih duduk di ruang tamu terkaget dan tidak habis pikir dengan tingkah dan penampilan Arneta saat ini.

"Ppfff.. HAHAHAHAAA!!"

Tawa ke empat pria itu membahana hingga membuat penghuni lainnya keluar dari kamar mereka.

"Ya Allah!"

Mona terkaget-kaget melihat penampakkan Arneta.

"Wuahahahahaa.. keren kan gue kayak model Amerika."

Gadis Tionghoa tersebut. Berdiri di depan pintu masuk dapur dengan celana panjangnya yang di gulung sampai lutut bagian kiri. Baju kaos yg ia kenakan basah, jaket lepisnya terikat lengannya dari bahu kanan ke bawah ketiak kiri layaknya baju Tarzan. Dan jangan lupakan wik merah menyala yang entah ia dapat dari mana. penampilan Arneta persis seperti orang dalam gangguan jiwa.

"Dari pada model Amerika. Loh lebih mirip orang gila!" Ucap Ulan bergidik ngeri.

Tidak sedikitpun tersinggung oleh celaan teman satu anggotanya tersebut. Arneta berjalan santai menuju cermin jam dinding besar yang berada di sudut ruangan. Badannya melenggok kiri dan kanan berputar-putar mencoba berbagai pose layaknya sedang poto model.

"Puji Tuhan!"

"Aaaaaa..."

Serly yang baru keluar dari kamar dengan masker di wajahnya terjangkit kaget melihat penampakkan Arneta yang tepat berdiri di depan pintu kamarnya yang terletak di samping jam dinding. Sedangkan Arneta berteriak kaget begitu menoleh pada wajah Serly yang menghitam dengan rambut tergerai panjang. Jangan lupakan gaun tidur putih renda-renda yang ia kenakan.

Dominic menghela nafas kasar membuat Adnan yang berada di sampingnya menoleh.

"Mereka bukan anggota gue. Temen loh?" Ucapnya tidak mengakui.

Dominic menggeleng. "Nggak kenal gue."





~~~
Tl.s // Minggu, 16 April 2023.

ARNETA UNTUK RANGGAWhere stories live. Discover now