3 | LAMARAN ANAK TK.

14.7K 1.1K 25
                                    

^^^

Langkah kakinya melangkah lebar. Arneta berjalan dengan tergesa-gesa, ada beberapa orang yang tidak sengaja ia tabrak. Untung saja rumahnya dekat dengan taman tempat mereka joging.

Astaghfirullah, kenapa bisa Arneta berurusan dengan orang seperti-? Siapa tadi namanya? Sean? Abi? Dion? Siapa tadi namanya?. Oh ya Arneta lupa kenalan.

Astaga... Kenapa Arneta bisa bertemu dengan mahluk tampan itu. Tidak bisa di pungkiri olehnya bahwa pisik pria tadi adalah paket komplit calon suami idamannya.

Arneta tergiur untuk segera menyeret pria itu ke KUA. Tapi tidak! Menikah muda tidak ada dalam kamus hidupnya.

Jika kalian bingung. Kenapa Arneta berlagak seperti wanita kebelet nikah? Jujur padahal ia tidak ingin menikah muda. Jawabnya simpel, itu Arneta lakukan hanya untuk guyonan semata.

Selama ini Arneta melamar sembarangan pria yang ia temui selalu mendapat penolakan. Entah yang ia lamar itu suami orang, tunangan orang, bahkan bapak seseorang, atau bahkan mbak-mbak berkedok mas-mas pun. Ia selalu mendapat penolakan, ralat. Yang terakhir Arneta belum mencobanya. Itulah sebabnya Arneta menganggap hal yang ia lakukan tidak akan berdampak apa-apa baginya dan orang lain.

Tidak setelah kejadian tadi, Arneta menjadi takut sendiri. Apakah Tuhan memberikan karma pada hambanya ini yang sering berbuat gila.

Arneta percaya setiap orang yang ia lamar pasti memiliki pemikiran yang sama tentang dirinya. Aneh dan gila! Arneta tidak masalah karena dua kata itu adalah nama belakangnya. Tapi setelah bertemu pria tadi yang mengiyakan lamarannya, Arneta menjadi sadar. Bahwa di dunia ini ada orang yang lebih gila dari dirinya.

Arneta mengusap-usap semua bagian kulitnya yang bisa ia jangkau. "Kayaknya gue harus ke Kalimantan deh."

"Ngapain?"

"Buang sial!"

"Ohh.."

Secepat kilat kepalanya menoleh kearah samping.

"Lho kok, Abang ada di luar sih?" Keningnya berkerut menatap Adipati yang duduk di teras rumah masih mengenakan seragam loreng kebanggaan nya.

Adipati mengangkat ranselnya yang ia letakkan di depan pintu masuk.

"Gimana mau masuk. Pintunya kamu kunci." Arneta mengangkat bahunya acuh lantas langsung membuka pintu rumah.

"Assalamualaikum." Ucapnya langsung masuk nyelonong ke kamarnya.

Di lihatnya koper dan pakaian Prajna yang masih berada di kamarnya. Gadis bule itu tadi menggemparkan orang satu taman. Bahkan ada bapak-bapak polisi yang turun tangan karena ulah Prajna. Dan itu bukanlah kali pertama.

Sebenarnya itu bukanlah kesalahan sahabatnya. Tadi saat Arneta menghampiri Prajna yang sedang minum di salah satu tenda jualan ada sekitar sepuluh orang pria berpakaian serba hitam dengan senjata di tangan mereka yang langsung mencegat Arneta dan Prajna. Arneta sampai berteriak-teriak takut jika orang-orang itu ingin berbuat jahat pada mereka.

Tapi setelah melihat Prajna yang berbicara dengan salah satu orang berbadan besar itu Arneta jadi tahu. Kalo mereka adalah bodyguard utusan ayah Prajna yang di utus untuk membawanya pulang.

Arneta penasaran sebenarnya apa pekerjaan orangtua Prajna. Jujur sahabatnya itu tidak terlalu terbuka tentang keluarga. Yang Arneta tau Prajna itu anak orang kaya.

Tadi Arneta juga sempat di seret ikut oleh bodyguard itu tapi langsung di lepaskan setelah Prajna mengatakan kalo ia tidak ada hubungan apa-apa dengan kabur dirinya beberapa hari lalu.

Arneta pusing. Memikirkan kehidupan Prajna yang begitu banyak misteri. Lelah berpikir Arneta membaringkan diri telungkup di atas kasur empuknya, membenamkan wajah guna meredam teriakannya.

ARNETA UNTUK RANGGAWhere stories live. Discover now