7 | KAMPUS & BERITA.

12K 943 6
                                    

^^^

Cahaya matahari masuk melewati sela-sela gorden putih yang masih tertutup. Sinarnya tepat mengenai wajah seseorang yang masih setia bergelung di balik selimut tebalnya.

Perlahan mata yang semula terpejam itu mengerjap-ngerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Rambut panjang itu menutupi sebagian wajahnya.

"Eeng! Selamat pagi dunia. Semoga hari ini Arneta dapat jodoh juga." Arneta gadis dengan perawakan mungil khas wanita Indonesia itu bangun, bangkit dari tidurnya dengan wajah sumbringan.

Semalam ia bermimpi indah. Dalam mimpinya ia bertemu dengan pangeran berkuda putih yang mengantarnya pulang dengan banyak makanan.

Perlu diketahui Arneta itu wibu garis keras dan seorang yang menganut prinsip selalu bahagia.

Arneta suka makan. Apalagi gratis, Arneta sangat menyukainya. Baginya makan banyak tapi tetap kurus itu adalah berkah tersendiri untuk tubuhnya. Terserah orang lain mau berpikir ia cacingan. Yang jelas makan sampai kenyang...

Kakinya turun dari ranjang, melangkah menuju kamar mandi.

Menatap pantulan dirinya melalui cermin kamar mandi Arneta memulai runtinitas nya. Mengikat tinggi rambut Black Silver miliknya, Arneta mulai mencuci wajah, menggosok gigi dan terakhir mandi.

Tiga puluh menit kemudian Arneta sudah siap dengan kaos hitam lengan pendek bergambar tengkorak dengan lapisan jaket kulit yang ia padukan dengan jeans robek-robek dan sepatu silver kesayangan nya.

Arneta suka warna silver. Karena menurutnya warna silver itu keren. Ia berada di tengah-tengah hitam dan putih.

Melangkah menuruni tangga, Arneta sampai di dapur yang sudah ada Mbok Sayiam atau yang sering ia panggil mbok say art keluarga mereka yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi mbok say." Arneta duduk di kursi meja makan.

"Pagi nak." Balas Mbok say sambil meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Arneta.

Jika kalian bingung kenapa mbok say memanggil Arneta dengan panggilan nak? Itu karena permintaan langsung Arneta yang di ikuti abangnya Adipati. Awal mula mbok say berkerja di rumah mereka saat itu Arneta berusia lima tahun dan mbok say memanggil nya non. Arneta menolak keras panggilan itu, katanya mbok say tidak boleh memanggilnya non tapi nak karena panggilan itu juga yang di ucapkan mbok say saat memanggil anaknya yang seusia dengan Adipati.

Seperti itulah. Jika menyangkut Arneta ribet urusannya.

"Makasih mbok say." Ucap Arneta tulus.

Mbok say tersenyum. "Iya nak sama-sama."

Arneta sarapan dengan hikmat. Ia menyukai nasi goreng buatan mbok say yang katanya sebelah duabelas dengan nasi goreng masakan chef hotel bintang lima.

"Oh iya nak. Mbok say lupa!"

Arneta mengangkat wajahnya menatap mbok say.

"Kang Udin tadi pamit pulang karena sakit perut, tadi nitip bilangin nggak bisa antar nak Neta ke kampus." Jelas mbok say.

Kang Udin itu supir keluarga mereka sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun. Dan rumahnya ada di perumahan yang tidak jauh dari kompleks rumah Arneta.

Arneta mengangguk. "Kalo gitu Neta berangkatnya bawah motor Abang aja." Mbok say mengangguk.

"Iya nak. Hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut."

"Neta, berangkat dulu mbok say. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Arneta membawa motor KLX milik abangnya menuju kampus dengan kecepatan tinggi seolah ia sedang berada di arena balap motor GV.

ARNETA UNTUK RANGGAWhere stories live. Discover now