16 | IZIN MENDEKATI.

10.5K 839 15
                                    

^^^

Arneta dan Adipati turun dari lantai dua dengan beriringan. Dari arah tangga mereka dapat melihat punggung seorang pria yang duduk berhadapan dengan mama mereka.

Arneta mengernyit. Siapa gerangan tamu yang datang malam-malam?

Pasalnya ia hanya punya satu teman cowok yang suka ngapel kerumahnya. Itupun saat ini sahabatnya itu sedang berada di taman belakang, bersama keluarganya yang lain.

Lalu itu siapa, punggungnya nampak familiar.

Dengan mata memicing Arneta berjalan menghampiri tamu yang di maksud mamanya. Semakin dekat kakinya melangkah otaknya semakin cepat menyaring nama-nama orang yang mungkin saja bertandang kerumahnya di malam Jum'at seperti ini.

Dalam benak Arneta terlintas pikiran aneh, jangan-jangan yang namu bukan orang. Kakinya napak nggak ya? 'batin Arneta.

Saat sudah berada di samping sopa yang diduduki pria itu. Takut-takut Arneta melirik kearah kakinya. Napak! Jadi aman.

"Kamu kenapa sih, Neta! Dari tadi ngeliat kaki Nak Rangga kayak gitu?" Ucap Lina.

Rangga? Secepat kilat Arneta menolehkan kepalanya kearah orang yang di maksud mamanya.

"What the.. kok bapak bisa ada disini.!?" Tanya Arneta ngegas.

Lina yang mendengar pertanyaan kurang sopan anaknya langsung memukul punggung Arneta.

"Nggak sopan kamu! Nak Rangga itu datang buat nemuin kamu. Malah ditanya mau ngapain?" Sewot Lina.

Arneta meringis merasa ngilu pada punggung nya yang di pukul sang mama dengan sepenuh hati.

"Iya ma, maaf."

Lina melirik sinis anak gadisnya. Wajahnya berubah ceria saat kepalanya kembali menoleh kearah Rangga.

"Nak Rangga, habis bicara sama Neta. Jangan langsung pulang ya. Tante sekeluarga lagi ngadain pesta barbeque di taman belakang. Jadi nak Rangga harus ikut!" Ajak Lina dengan nada yang tidak mau di bantah.

"Iya Tante, insyaallah."

Lina mengangguk hendak melangkah kembali ke taman belakang. Tapi terurungkan saat kepalanya mengingat, bahwa ia belum bertanya alasan kenapa Rangga datang menemui anak gadisnya di malam Jum'at bukan malam Minggu.

Seketika dugaan aneh melintas di kepalanya.

"Nak Rangga. Kamu datang kesini nggak minta tanggung jawab dan ganti rugikan! Arneta nggak nyipok kamu kan. Arneta nggak perkosa kamu kan? Bilang sama Tante jangan takut!." Todong Lina dengan banyak pertanyaan.

Arneta melongo. Adipati hampir menjatuhkan rahangnya setelah mendengar pertanyaan gila yang dilontarkan mama mereka. Sedangkan Rangga hanya diam, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan nyonya rumah di hadapannya.

"Maaf, maksudnya gimana Tante?"

"Iya maksud Tante. Kamu nggak di apa-apain kan sama, Neta?"

"Ih mama, kok nanya nya gitu sih!" Protes Arneta kesal.

Lina beralih menatap anak gadisnya. "Lho, mama nanya apa adanya. Siapa tahu bener, nak Rangga kesini mau minta tanggung jawab karena udah kamu sodomi." Tuduh Lina sembarangan.

Rasanya Arneta ingin sekali menenggelamkan mamanya di samudera Antartika sangking gemasnya dengan celotehan yang di tuduhkan Lina padanya.

Merasa tidak sanggup lagi menghadapi kebobrokan Lina. Arneta beralih menatap abangnya minta tolong.

"Abang." Rengeknya.

Adipati menggandeng tangan Lina. "Kita kebelakang yuk ma. Papa pasti udah nungguin." Ajak Adipati.

ARNETA UNTUK RANGGAWhere stories live. Discover now