1 | ARNETA & KELAKUANNYA.

33.9K 1.7K 91
                                    

Warning!!

Saya tidak menerima KomenBack.

Maksudnya saya tidak mau feedback dengan cara komen di satu capture dan minta balas. Kalo mau feedback, cukup baca dan vote semua capture saja.

Terimakasih 😊😊

*
*

^^^

Kedua gadis remaja itu berjalan santai di trotoar jalan dengan bergandengan tangan.

Ralat. Lebih tepatnya salah satu dari mereka yang menggandeng.

"Prajna, gue mau kawin!!"

Ini adalah kali ke dua puluh satu dalam kurun waktu 5 menit Prajna Paramita mendengar kalimat nyeleneh itu keluar dari mulut sahabatnya.

Jika membunuh orang di legalkan. Mungkin Arneta sudah mati mengenaskan.

Ia harus memiliki ekstra stok kesabaran jika masih mau bersahabat dengan gadis gila yang masih setia bergelayut di lengan kanannya. Ditambah panasnya matahari yang tepat berada di atas kepala membuatnya mati-matian menahan diri agar tidak berakhir menggorok leher jenjang sahabatnya.

Arneta Ranjani, gadis gila yang naasnya adalah sahabatnya.

"Kalo mau kawin ya kawin aja, tuh cowok banyak tinggal seret ke kamar." Ucap Prajna ketus. Tangannya dengan asal menunjuk tukang cilok yang lewat di depan mereka.

"Ih bukan gitu. Gue tuh maunya dihalalin dulu pake mahar."

"Hem."

Saat ini keduanya tengah berjalan di trotoar jalan. Keduanya baru pulang dari kampus dengan berjalan kaki.

Ini bukanlah sepenuhnya keinginan Prajna untuk pulang berjalan kaki. Karena ia sendiri datang ke kampus tadi pagi dengan menggunakan motor metik kesayangannya. Tapi seperti yang sering kali terjadi, nasib buruk selalu saja menimpanya jika ia masih bersahabat dengan Arneta Ranjani.

Jika kalian berpikir nasib buruk yang menimpanya karena Arneta pembawa sial. Itu salah besar.

Karena sebenarnya Arneta lah yang menciptakan kesialan itu.

Tadi, mungkin beberapa menit lalu. Prajna masuk kedalam parkiran kampus hendak mengambil motor metik kesayangannya. Namun hampir setengah jam ia mutar-mutar mencari motornya tidak juga ketemu, perasaannya mulai tidak enak takut-takut motornya di gondol maling. Tapi saat ia bertanya dengan sahabat laknatnya, Arneta yang sedang jongkok di depan pos satpam sambil menghitung daun jatuh, Prajna di buat melongo oleh jawaban polos sahabatnya itu.

"Neta, loh liat motor gue?"

Dengan antengnya sahabatnya itu menjawab.

"Oh motor loh." Prajna mengangguk. "Tadi gue kasih pinjam James buat di bawah pulang. Kasian dia pulang jalan kaki, motornya masuk rumah sakit." Jelasnya kalem.

Bola mata Prajna hampir keluar dibuatnya. Kalo motornya di pinjam James lalu bagaimana mereka pulang. Sedangkan satu-satunya kendaraan mereka pulang pergi kampus hari ini adalah motor metik itu 'pikirnya.

Dengan berbekal kesabaran yang sudah di ujung batas. Prajna pasrah saja saat di seret Arneta pulang jalan kaki dengan alasan menikmati pemandangan. Sebenarnya bisa saja ia meminta Alex supirnya untuk menjemput mereka. Tapi lagi-lagi Arneta memaksakan kehendaknya yang kalo tidak di turuti bisa ngambek, dan Prajna malas meladeninya. Jadi iya in aja biar cepat.

Sepanjang perjalanan Prajna masih berpikir. Sahabatnya itu yang kelewat baik atau Arneta memang tidak punya otak.

"Prajna, gue mau kawin." Lagi, Arneta merengekan kalimat yang sama.

ARNETA UNTUK RANGGATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon