36 | HILANG.

1K 66 2
                                    

^^^

Rumah satu tingkat yang di tinggali mahasiswa KKN tersebut nampak ramai di malam hari.

Terutama di bagian dapur, terlihat para ladies yang sibuk berperang di dapur.

Ada yang menggoreng pisang, membuat adonan tepung terigu, membuat sambal ayam suwir. Ke lima gadis itu memutuskan untuk membuat cemilan setelah melaksanakan sholat magrib tadi.

"Kak Mon, ini gimana?"

Di antara para ladies yang sibuk berkutat dengan segala bahan makanan. Arneta lah yang paling semangat dan heboh. Gadis cindo itu nampak sangat asing bila di sandingkan dengan yang lainnya. Kulitnya yang putih dengan rambut coklat sebahu yang di cempol asal-asalan dan daster bunga-bunga milik mamanya yang ia comot paksa saat akan berangkat KKN nampak sangat kontras layaknya Chainz yang sedang romusa.

Arneta kucar kacir berlari dari meja makan menuju open sesekali bahunya menabrak teman KKN nya yang lain.

"Ya Tuhan Ar!!" Ulan memekik saat hampir saja cuka dalam baskom yang ia bawah tumpah ruah akibat senggolan Arneta pada lengannya.

"Maaf kak." Cengirnya.

Andin yang duduk di lantai berlapis tikar dengan Rizky menggeleng kepala atas kecerobohan Arneta.

"Hati-hati Ar." Tegurnya.

Serly yang sibuk menggoreng cireng meringis melihat penampilan cireng buatan Arneta yang bentuknya tak manusiawi. Biasanya adonan cireng isi ayam di buat seperti pempek Palembang yang di pintir saat menggabungkan kedua sisinya kini nampak mengenaskan di tangan Arneta yang entah belajar dari mana bentuk cirengnya berubah menjadi babi guling nan gemuk.

"Gimana kak baguskan buatan Neta." Sang tersangka tersenyum dengan binar terang. Persis anak kecil menunggu pujian.

Serly tak tega, anak Jaksel asli itu hanya mengangguk dengan senyum canggung.

"Iya dek, bagus! Tp. Ini di perbaiki lg ya." Komentarnya lembut.

Dengan semangat Arneta mengangguk. "Iya kak."

Setelah mengantarkan nampah berisi cireng-cireng yang siap di goreng. Arneta beralih pada Rizky yang kini sedang membuat minuman dingin.

"Kak Riz, Neta bisa bantu?" Tanyanya.

Rizky menggeleng. "Nggak perlu Ar. Ini kamu tolong antar ini kedepan aja." Nampan berisi cireng tersebut di terima Arneta dengan senyuman.

Dengan langkah hati-hati Arneta membawa nampan tersebut menuju ruang tamu yang sudah penuh oleh ke ke empat teman-teman laki-lakinya.

"Can. Can. Candaaa... Makanan datang wahai kaum dhuafa sekalian." Arneta melangkah dengan langkah gemulai. Sesekali teh dalam teko yang di bawahnya melenggak ke kiri kanan tidak seimbang.

Dimas yang paling dekat, menyambar nampan tersebut. "Awas hati-hati, Ar." Tegurnya.

"Hehehehe,, makasih kak Dim." Cengirnya.

Dominic geleng-geleng kepala. Tidak lama para ladies yang masih di dapur ikut nimbrung dengan bawaan masing-masing.

"Selamat makan." Arneta mengangkat tinggi-tinggi sendok dan garpu di kedua tangannya.

Bibirnya cemberut saat cireng yang hendak ia tusuk menggunakan garpu lebih dulu di comot Fatur.

"Fatuurrr.." protesnya.

Mengabaikan Arneta. Fatur dengan hikmat menikmati cireng tersebut.

"Udah. Yang lain banyak, cirengnya masih ada juga." Dimas menepuk bahu Arneta, tangannya menunjuk piring berisi cireng yang masih lumayan banyak.

ARNETA UNTUK RANGGAWhere stories live. Discover now