9 | MAKASIH PAK POL.

10.9K 923 6
                                    

^^^

Keluar dari gedung polres tabes. Arneta berjalan beriringan dengan seorang pria dalam balutan seragam dinas kebanggaan nya.

Arneta berterimakasih tuhan mendengarkan doa nya.

Flashback' beberapa jam lalu. Saat Arneta sedang di tilang.

"Ada apa ini?"

Arneta menoleh ke sumber suara. Matanya berbinar dengan senyum sumbringan.

"Pak Rangga."

"Arneta?"

"Komandan. Kenal?" Tanya Bripda Rika yang diangguki Rangga.

"Iya. Dia pacar saya."

"Apa?!"

Bukan Arneta atau Bripda Rika yang bersuara melainkan pak polisi yang dari awal menilang Arneta lah yang berseru dengan wajah kaget.

"Kenapa Iptu Budi. Anda keberatan?"

Iptu Budi menggeleng. Sekarang Arneta tahu nama pak polisi yang menilang nya.

"Siap. Tidak komandan."

Rangga beralih menatap Bripda Rika. "Bripda Rika." Panggilnya.

"Siap komandan."

"Kamu keberatan?"

"Siap. Tidak."

"Baiklah kalo begitu, surat tilangnya biar saya yang urus di Polsek." Ucap Rangga.

Bripda Rika dan Iptu Budi yang masih memasang wajah penasaran mengangguk.

"Siap komandan."

"Kembali bertugas." Perintahnya tegas.

Rangga berbalik menatap Arneta yang sedari tadi diam menyimak.

"Kunci mobil." Tanya Rangga, tangannya terulur.

"Hah." Arneta cengoh.

"Saya minta kunci mobil kamu Arneta."

Kening Arneta berkerut. "Buat apaan."

"Surat tilang kamu harus di proses biar cepat kelar. Katanya kamu buru-buru?"

Arneta mengangguk benar ia sedang buru-buru.

"Ini." Arneta menyerahkan kunci mobilnya.

"Ya udah, ayok."

Flashback' off.

"Ehm, makasih ya pak pol." Ucap Arneta membuka suara saat mereka sudah sampai di tempat mobilnya terparkir.

"Iya sama-sama."

Kriuukk! Kriuuukkk!

"Sialan pake acara bunyi segala." Ucap Arneta dalam hati memaki perutnya yang tidak tahu kondisinya asal bunyi membuatnya malu sendiri.

Emang Arneta masih punya urat malu?

Rangga terkekeh. "Kamu lapar?" Tanyanya geli.

Arneta nyengir. "Hehehe,, iya aku belum makan dari pagi." Ucapnya jujur. Siapa tahu mau dibayarin mayan kan hemat uang jajan.

"Abis ini kamu mau kemana?" Arneta cemberut. Ia pikir Rangga akan langsung mengajaknya makan. Tapi, ya sudahlah jangan terlalu berharap.

"Tadinya sih niatnya mau jemput Abang di bandara. Tapi nggak jadi karena tadi bang Didip nelpon katanya suruh jemput di Kodam aja." Rangga mengangguk.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang