30

1.9K 175 8
                                    

Adakah yang nungguin cerita dari Jenna? Lama ga up, tergoda ngelarin novel sci-fi yang jadi inspirasi buat nulis Mecha Maker, ribuan chapter dan masih belum kelar...fyuhhh...

Pagi ini iseng buka wattys dan inget buat lanjutin ini cerita, smoga suka...

****

"Yo guysss! Aku datang...! Adakah yang merindukanku?" Sapa Team melihat teman-temanya duduk di bangku taman fakultasnya. Hari ini adalah hari pertama Team masuk kuliah untuk semester keduanya.

"Mana oleh-olehnya ai Team?" sambut Manaow.

Team meletakkan beberapa kantong kertas yang dibawanya ke meja. "Kau hanya ingat oleh-oleh, bahkan saat liburan tak sekalipun kau ingat untuk menghubungiku?"

"Kau sibuk dengan hiamu, apa kau masih ingat dengan kami?" jawab Manaow.

"Kalau aku tak ingat mana ada aku bawa oleh-oleh untuk kalian."

"Ai Team, ini oleh-oleh dari rumahmu atau rumah hiamu?" goda Parm yang membuat Team bersemu kemerahan.

"Tentu saja rumahku! Rumah hia tak ada penghuninya." balas Team dengan suara yang meninggi, menutupi rasa malunya.

"Owwh kukira masih sakit, ternyata sibuk kencan." cibir Intouch.

"Oiii...siapa yang kencan In?!"

"Team, kupikir kau mengejar P'Win sampai Inggris untuk mengajaknya berkencan?"

"Oohhh apa kau gila?! Kenapa juga aku mengajaknya kencan? Tiga dari over the moon sudah kalian ambil, sisa hia Win sudah pergi jauh, bukankah saatnya seorang Teerayusiri Yothin ini bersinar?!" Team berujar sombong sembari menaikkan alis dengan tangannya menegakkan kerah kemejanya, menatap ketiga temannya dengan senyum lebar.

"Dalam mimpi!" rutuk ketiganya.

"Abaikan Team, mari kita lihat oleh-oleh yang dia bawa!" kata Manaow.

"Aish...kalian hanya iri padaku."

Kasus yang Win ajukan sudah ditangani pihak kepolisian, mereka telah mengadakan penyidikan menyeluruh pada semua pihak terkait. Butuh waktu hingga tiga bulan untuk mereka mengumpulkan bukti dan data yang diperlukan agar dapat segera diproses di pengadilan. Namun hal tak terduga terjadi, mengejutkan Win yang saat itu tengah berada dalam kelasnya, ia menerima panggilan dari Ayah Dew.

[Win, ada yang menyabotase berkas yang harusnya di serahkan ke kejaksaan.]

"Bagaimana itu bisa terjadi paman?"

[Aku belum bisa menebak siapa pengkhianat di kepolisian maupun kejaksaan sendiri, aku akan terus menyelidikinya dan mengabarimu nanti, kau harus terus berhati-hati, aku pikir akan ada yang mengejarmu sampai sana. Dan satu lagi, kemungkinan kasus ini akan diambil pusat, mereka akan membebaskan perdana menteri dari tuduhan itu sehingga hanya para eksekutor yang harus bertanggung jawab, meskipun perdana menteri sudah jatuh tapi pengaruhnya di pemerintahan pusat masih cukup kuat. Jadi kita butuh bukti yang lebih kuat lagi untuk menjatuhkan perdana menteri bersama mereka.]

"Ya, terimakasih paman."

Win menghela nafasnya, ia nampak lelah, semua usaha dan kerja kerasnya untuk menyeret pelaku agar bisa diadili masih menemui hambatan. Ayah Dew sudah sangat baik padanya, ia sangat membantu ketika ia dalam pelarian, ia bahkan tak keberatan berbagi data kepolisian padanya saat ia membutuhkan informasi dan sekarang ia harus bekerja lebih untuk mencari pengkhianat di sekelilingnya.

Satu orang yang terlintas di benak Win, orang itu begitu licin dan selalu bermain rapi, Win meski dibantu Dean, Korn juga Prug masih kesulitan menemukan bukti kejahatannya. Dia adalah orang yang bekerja untuk perdana menteri, seorang mantan kepala kejaksaan yang cukup berpengaruh dalam kesuksesan karir politik perdana menteri, banyaknya koneksi yang dimilikinya mempermudahkannya memuluskan tindakan ilegal juga menghilangkan buktinya. Orang itu cukup sukses sebagai kepala jaksa selama belasan tahun namun entah kenapa memutuskan pensiun dini dan memilih menjadi tangan kanan perdana menteri.

Win ObsessionWhere stories live. Discover now