13

2.8K 310 22
                                    

Team menatap Win yang tengah duduk makan siang di depannya dengan acuh.

Rrrrrr rrrrr

"Ya bu."

[Maafkan ibu baru menghubungimu sekarang, tapi apa maksud pesanmu semalam Team?]

"Ibu tahu maksudku, lalu kenapa ibu tidak bilang dari awal pada Team?"

[Teammm... Ibu tak ingin kamu sedih nak.]

"Ibu pikir Team tak lebih sedih sekarang? Team bahkan tahu dari orang lain."

[Team sedang apa?]

"Makan dengan hia" Win melihat Team sekilas.

[Kau sudah bertemu dengan hiamu?]

"Hnnn.. "

[Apa hiamu memperlakukanmu dengan baik?]

Team tersenyum sinis menatap Win, "Tentu saja dia memperlakukanku dengan baik, sangat....sangat baik."

[Sukurlah, ibu sangat khawatir.]

"Baiklah bu, aku tutup telepon, aku akan pergi ke kelas."

Setelah menutup ponselnya, Team beranjak dari duduk bersiap pergi.

"Team mau kemana?" tanya Parm.

"Toilet." jawab Team tanpa menoleh lagi.

Manaow melihat kepergian Team, "Anak itu selalu saja main kabur duluan."

Menyelesaikan urusannya di toilet, Team lalu mencuci tangan di wastafel. Seseorang datang dan berdiri disampingnya, mereka bertemu pandang di cermin.

Team menutup keran, berbalik menghadap seseorang disamping.

"Hia..ayo bicara!"

Win mendekati Team, Team menjaga jarak saat merasa Win terlalu dekat namun Win tak berhenti hingga Team terpojok di dinding.

"Hia.. Apa yang kau lakukan? "

Untung saja di toilet hanya mereka berdua, akan sangat tidak baik jika ada yang melihat posisi kabe don yang Win lakukan.

Melihat Team tak bergerak sedikitpun, Win menempelkan badannya ke Team, mendekatkan mulutnya ke telinga Team hingga sedikit menempel. Nafas Win yang merasuk ke telinga membuat Team merinding dan membeku.

"Aku akan bicara denganmu jika kau bersedia jadi milikku."

Team melebarkan mata mendengar apa yang dikatakan Win.

Setelah mengatakan itu dan tak ada reaksi lebih dari Team, satu tangan Win menyentuh pipi Team, mengelusnya ringan, lalu bibirnya mencium sebelah pipi Team.

Win tersenyum licik, lalu meninggalkan Team yang terlihat syok.

Butuh beberapa saat hingga Team kembali kesadarannya. Ia merasa seluruh tubuhnya lemas, dan akhirnya merosot ke lantai. Ia terduduk dengan satu tangan memegang dadanya dan satu lagi memegang pipi yang telah dicium Win.

'Hatikuuuuuu...!!! Kenapa ini berdetak sangat kencang?!!'

"Sialan hia!!"

Dalam kelas,

"In, bagaimana hubunganmu dengan P'Korn?" tanya Team.

In tersenyum cerah, "Baik, P'Korn walaupun pendiam dia masih mudah tersenyum, dibanding P'Dean juga P'Win. Dia juga perhatian, meskipun tidak diungkapkan dengan kata-kata."

"In, kau orang yang sulit diam, bagaimana rasanya kau yang terus mengoceh hanya dijawab satu kata?"

"Tak masalah, setidaknya dia masih menanggapi meskipun hanya satu kata dia masih tersenyum juga. Dan kupikir dia tidak keberatan saat aku banyak bicara, dia masih memperhatikanku."

Win ObsessionWhere stories live. Discover now