Chapter 19

6.7K 1.3K 70
                                    

Chapter 19 updateeee....

Happy reading yaaaa...

****** 

"Saya Danawira, panglima dari prajurit Rektawashu," ujar pria itu memperkenalkan diri pada Heera.

Heera memandang Danawira dari atas sampai bawah. Tubuhnya memanglah seorang prajurit, tapi wajahnya biasa saja, gumamnya dalam hati.

"Jadi, apakah kita akan ke Ibu kota?" tanya Heera lagi.

"Kita harus ke Ibu kota jika itu dekrit dari Ayahanda," jawab Yasabadra. "Persiapkan keberangkatannya. Kita akan berangkat besok."

"Baik, Yang Mulia," jawab Danawira kemudian undur diri.

Setelah Danawira undur diri dari hadapan mereka, Yasabadra bangun dan berjalan meninggalkan tempat itu. Heera pun segera mengikutinya di belakang sambil mengangkat roknya. Dia sudah memutuskan besok akan menggunakan pakaian yang lebih sederhana.

Mereka berjalan di koridor yang di kedua sisinya merupakan halaman kosong yang hanya diisi oleh rumput dan pepohonan rindang, hingga memberikan kesan yang sejuk. Atap koridor itu melengkung dengan motif-motif rumit yang terlukis. Kediaman pribadi Putra Mahkota terlihat sangat sederhana, bahkan tak banyak perabotan mewah lainnya. Pelayan pun hanya ada beberapa yang Heera temui.

Heera berjalan di samping Yasabadra sambil menatapnya. "Jadi, apakah monster dalam dirimu sering muncul? Apa selama lima belas tahun ini dia sering muncul dan membuat masalah?"

"Aku tidak tahu."

Kerutan di dahi Heera tercetak jelas, sesekali dia menatap ke depan. Dia mulai berpikir seperti detektif di novel-novel. Jika selama lima belas tahun Yasabadra sendiri tidak tahu kehadiran makhluk itu, dan baru merasakannya sekarang ini, sudah pasti ada alasannya makhluk itu lebih sering muncul dan mulai berbuat masalah.

"Apakah kau tak pernah merasakan kehadirannya selama ini?" tanya Heera lagi.

Yasabadra menghentikan langkahnya, diikuti oleh Heera. Tanpa berbalik dia berkata, "Aku tidak bisa merasakan kehadirannya, tapi aku merasakan keanehan pada diriku."

"Contohnya?"

"Aku pernah bangun di ranjang seorang wanita."

Heera menatap Yasabadra dengan mata membulat, diam-diam tersenyum nakal. "Ah, Your Highness tidak menyadari sudah menghabiskan malam dengan seorang wanita?"

Yasabadra berdeham pelan, menatap Heera dengan dingin. "Aku bukan orang yang seperti itu," katanya, membela diri.

"Ya, ya, kau bukan orang yang seperti itu," balas Heera yang diam-diam mencibirnya. "Tapi, apa yang kau lakukan dengan wanita itu sama sekali tidak mengingatnya?"

Yasabadra semakin menatapnya dengan dingin, tak suka mengangkat topik ini. "Contoh lainnya, saat bangun tidur ada arak di kamarku."

"Dan kau tak minum arak, begitu. Apakah ada yang pernah melihatmu bertingkah aneh? Prajuritmu atau Danawira?"

"Tidak pernah, semuanya berjalan normal."

"Saat kau membakar kediaman Ibu suri?"

"Aku tidak mengingatnya, aku tersadar berada di belakang kediaman Rajmata."

Heera berpikir sejenak, dengan tangan di dagu. Semua clue yang diberikan oleh Yasabadra setidaknya cukup untuknya menebak-nebak. Jika Yasabadra bahkan tak mengingat dia menghabiskan malam bersama seorang wanita, dan tak mengingat dia minum arak sedangkan dia tidak minum arak. Dia juga membakar kediaman Ibu suri, dan semua itu terjadi di waktu malam hari.

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang