Chapter 11

7K 1.3K 76
                                    

Chapter 11 nya dataaaang...

Semoga kalian suka yaaa....

Happy reading....



****** 



Durwigali mountain, Bashara Kingdom.


Gunung itu sangat tinggi, dengan puncaknya yang menembus awan di langit. Di bawah gunung hanya ada persawahan, aliran sungai dan perkebunan. Gunung ini terlihat sangat sunyi, dan terasingkan tetapi ada sebuah bangunan besar tepat di puncaknya yang tertutup oleh rimbunnya pepohonan. Ada tangga dari batu yang sangat panjang, dari bawah gunung sampai ke puncaknya. Ketika awan-awan tebal dan kabut muncul, bangunan itu akan tertutup, tapi ketika langit sangat cerah, akan terlihat sebuah genteng berwarna merah bata.

Di halaman bangunan itu terdapat banyak anak-anak muda yang sedang belajar membaca, berlatih beladiri dan sihir, juga melakukan aktifitas apa pun. Ada beberapa pemuda yang membawa ember-ember berisi air dari sumur ke belakang bangunan. Semua yang ada di sana hanya para laki-laki, dengan pakaian yang seragam; atasan berwarna kuning dan celana kerut berwarna merah bata, mereka juga mengenakan turban berwarna merah dan ada tanda merah di dahi mereka.

Satu sosok membuka gerbang tinggi dari baja, dan semua orang yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing pun menoleh ke gerbang, kemudian menatap tak percaya pada pandangan mereka. Sosok itu berjalan melintasi halaman depan yang luas di mana para pemuda––yang merupakan para murid dari perguruan ini––sedang berlatih dan belajar.

Sosok itu begitu tinggi menjulang, seakan sosoknya bisa menghalangi sinar matahari menerangi para murid yang ada di lapangan. Tubuhnya gagah dan kokoh, seperti banteng. Kulitnya berwarna cokelat perunggu, yang terlihat mengkilap karena keringat meluncur di bagian kulitnya yang terbuka. Rambutnya panjang melewati bahu, berwarna hitam legam seperti arang dan sedikit bergelombang. Dia mengenakan celana panjang berwarna hitam yang bagian bawahnya diikat oleh sabuk besi berwarna emas. Bagian atasnya mengenakan baju tanpa lengan yang memiliki kerah rendah hingga menampakkan bagian atas dadanya yang kokoh dan bidang. Dibalut dengan jubah berwarna hitam bertudung yang disulam dengan pola rumit dari benang berwarna emas, dan garis-garis pinggirnya pun berwarna emas.

"Yang Mulia, selamat datang," sapa semua orang secara serempak.

Sosok itu menoleh pada semua murid, dia hanya mengangguk dengan wajah yang tetap tanpa ekspresi. Wajah tanpa ekspresinya terlihat begitu tampan, dengan bibir merah dan sedikit tebal yang memberikan kesan sensual. Rahangnya kokoh dengan jambang tipis yang membuatnya semakin tampan, dengan tulang hidung yang tinggi dan alis tebal. Matanya tajam, dengan bulu mata panjang dan iris mata berwarna keemasan. Di dahinya, ada tanda rumit berwarna emas yang nampak berkilauan. Di telinga kirinya pun ada anting besar berwarna emas berbentuk bulat.

Dialah sosok Putra Mahkota Yasabadra dari Kerajaan Bashara yang telah tumbuh dewasa. Lima belas tahun telah berlalu dari waktu ketika seorang penyihir perempuan dari dunia lain datang melepaskan mantra di tubuhnya.

Dia masih berjalan sampai tiba di depan pintu besar dengan ukiran yang indah, kemudian membukanya dan berjalan masuk.

Seorang pria paruh baya dalam pakaian berwarna kuning, dengan turban yang berwarna sama, rambutnya panjang dan putih, di dahinya terdapat tanda berwarna merah. "Yang Mulia, Anda datang?"

"Salam hormat, Mahaguru," sapa Putra Mahkota seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil menundukkan kepala.

Sang Mahaguru pun menyentuh kepalanya dengan lembut, kemudian menepuk bahunya agar kembali berdiri tegap. Putra Mahkota jelas lebih tinggi, tapi dia tetap begitu menghormati guru besar di perguruan Durwigali dipa ini, yang telah mendidiknya selama sepuluh tahun.

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now