Prolog

16.9K 2K 69
                                    

Kamar itu temaram, hanya diterangi dengan cahaya lilin di setiap pojok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kamar itu temaram, hanya diterangi dengan cahaya lilin di setiap pojok. Selambu itu berkibar, dengan jendela yang separuh terbuka dan cahaya bulan ikut masuk memberikan siluet dua tubuh di dalam selambu. Dua tubuh yang terlihat tumpang tindih dan samar. Angin berembus tapi keadaan di dalam kamar begitu menyesakkan.

"Uuh ..." suara erangan halus terdengar dari bibir semerah darah itu. Bulu mata lebatnya bergetar dengan setitik keringat yang mencapainya. Pipinya yang putih begitu merah dan terbakar. Bibir itu kembali terbuka dengan erangan, ketika satu jari kokoh menekannya.

Jari-jari kokoh itu menekan rahangnya, sebagian menekan pundaknya yang telanjang dan basah. Rambut pirangnya tersebar di atas bantal, berantakan namun tetap halus. Ada tirai rambut halus lainnya yang terjatuh di kedua sisi wajahnya, rambut berwarna hitam legam dan panjang bergelombang.

Dia tak bisa lagi memejamkan matanya, membukanya perlahan dan menemukan wajah yang terasa samar dan dilingkupi kegelapan. Hanya ada samar-samar cahaya lilin menyingkap sisi kanan wajahnya yang terlihat sangat kokoh. Rambut hitam itu berkibar dan menghalangi pandangannya. Dengan satu tangan gemetar, ia meraih wajah di atasnya.

"Your highness..."

Tubuh yang kokoh itu menindihnya, dengan bibir terkatup rapat dan tatapan datar. "Kita hanya pura-pura, kenapa kau mendesah?" tanyanya, dengan nada datar, seketika meruntuhkan imajinasi Heera dengan kejamnya.

Heera memandang pria di atasnya dengan wajah cemberut. "Your highness, kau bisa akting tidak, hah? Lihat, lihat, kau bahkan menindihku."

Yasabadra menatap pada tubuhnya yang menindih Heera, kemudian hendak bangun, tapi pintu di belakang mereka menjeblak terbuka, dan Heera kembali menarik leher sang Putra Mahkota dengan segera. Bibir sensual itu menyentuh bahu terbuka Heera, yang mendatangkan hawa panas dan keterkejutan luar biasa diantara mereka berdua.

Mereka berdua menoleh ke pintu dari balik selambu. "Kalian pikir sedang apa?" tanya Yasabadra dengan suara dingin dan menusuk.

Dua pria yang ada di pintu terdiam sesaat, memandang dua tubuh yang tumpang tindih di dalam selambu. Mereka hanya saling lirik.

Heera menyeringai halus, meremas punggung Putra Mahkota sambil mendesah, "Ah, Tuan~"

Dua pria di pintu saling melirik, mereka hendak melangkah maju tapi sedikit ragu. Mereka pun dengan penuh keyakinan melangkah maju.

"Maaf, kami harus memeriksa kamar ini," kata salah satu pria.

"Ah, ah! Tuan, oh~" Heera terus mendesah seorang diri.

Yasabadra tak sanggup lagi mendengar suara berisik yang dikeluarkan Heera, dia pun membungkam bibirnya dengan tangan besarnya hingga suara Heera teredam.

Diam-diam Heera menahan tawa kerasnya, wajahnya sudah memerah menahan tawa, dan perutnya terasa gatal dan menggelitik melihat leher dan telinga Yasabadra terlihat memerah meski hanya di bawah lilin yang remang-remang.

Dua pria di pintu itu tak jadi mendekat, mereka saling lirik dengan wajah memerah kemudian mundur dan seorang wanita paruh baya dengan dandanan yang eksentrik datang mendekati mereka.

"Tuan-tuan, tolong jangan merusak bisnis saya. Silakan keluar, tamu kami akan sangat marah," kata wanita itu.

"Kalian, keluar! ah~ Tuan, kenapa mereka harus melihat kita seperti ini, hiks." Heera kembali melancarkan aksinya dengan nada sedih tapi juga bergairah.

Yasabadra menatap Heera dengan tajam seraya berbisik, "Bisa tahan desahanmu?"

Heera menahan tawa sekuat tenaga seraya menggeleng, "Tidak bisa."

Wanita di depan pintu itu berkata dengan nada mendramatisir, "Yang di dalam itu pejabat dari kota Ashwatya bersama dengan wanita simpanannya, kalian tidak ingin menyinggung seorang pejabat kan?"

Dua pria itu pun mundur dan keluar, dan pemilik penginapan segera meminta maaf pada Heera dan Yasabadra. Setelah hanya ada mereka berdua, Heera mendorong tubuh Yasabadra di atasnya, tapi pria itu malah memandangnya. Pandangan datar dengan leher dan telinga yang memerah tadi tak lagi nampak, justru tergantikan dengan pandangan nakal dan menggoda dengan bibir yang tersenyum sensual.

"Yo, sepertinya simpanan pejabat ini sedang bergairah?" katanya menggoda Heera.

Heera membulatkan matanya dengan syok, dia mengumpat pelan, "Sial, kenapa Your highness keluar disaat begini, bangun!"

"Bukankah kau yang menggodaku duluan?" tanya Yasabadra, bibirnya masih tersenyum nakal dengan kilatan nakal dan menggoda di matanya, dia semakin menindih Heera dan hendak mencium lehernya.

Heera menahan bibirnya dengan tangan sambil mendorong dadanya yang kuat. "Kau, cepat bangun! Tidak bisakah jangan muncul tiba-tiba?"

"Aku suka muncul disaat seperti ini. Ini...," dia merunduk dan menggigit telinga Heera, "menyenangkan."

"Aaahh.... jangan gigit, jangan gigit! Your highness, kau benar-benar kurang ajar!"

Yasabadra masih menggigit telinganya, membuat Heera merinding di sekujur tubuhnya. Jika tadi dia bisa menggoda Putra Mahkota sampai telinganya memerah, saat ini dia justru malah digoda oleh orang ini!

"Tadi kau mendesah, sekarang berteriak."

"Tadi aku akting!"

"Satu malam, dan aku akan melepaskanmu," bisik Yasabadra lagi seraya menggigit leher Heera sampai meninggalkan bercak.

Heera menangis keras sambil menjambak rambutnya dengan kesal, memukuli dadanya dan menggigit bahunya dengan wajah marah, dan akhirnya Yasabadra melepaskan tubuhnya dan bangun sambil tertawa dengan keras. Kepalanya terlempar-lempar sambil tertawa, membuat rambut hitamnya yang legam pun bergoyang.

Dasar iblis bajingan, gerutunya dalam hati dengan wajah cemberut sambil membenarkan pakaiannya kembali dan turun dari ranjang sambil menendang sepatu kulit sang Putra Mahkota.



🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎


Ini prolognyaaaa....

Aku lagi suka bgt seri petualangan gitu ih, pengen nyoba lagi genre yang sama kaya Zayed-Keana, tapi di sini dunia sihir dan game. Suka banget genre perjalanan ruang dan waktu ke dimensi lain gitu. wkwk

Semoga kalian akan suka nanti yaaa...

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now