Chapter 7

6.6K 1.2K 28
                                    

Ini chapter 7 nya dataaaang..... 



****** 


Heera mulai memutar otaknya sambil menelusuri jalanannya di depannya. Sebagai seorang penulis yang terbiasa dengan imajinasi, dia tentu sudah sangat menghapal bagaimana trik-trik melarikan diri ketika terdesak.

Pertama, dia harus menyamar menjadi pelayan istana dan mencari tahu keberadaan Putra Mahkota kemudian membantunya melepaskan diri dari mantra belenggu. Dia akan beraksi nanti malam, ketika semua orang sibuk dengan jamuan dan pesta di istana utama.

Ketika berjalan-jalan di dalam istana asing ini, dia melihat ada seorang pelayan wanita yang membawa baki berisi poci dan cangkir-cangkir porselain. Otak Heera berjalan dengan cepat, dia bergerak tanpa suara dan memukul tengkuk pelayan wanita itu hingga terjatuh bersama dengan barang yang dibawanya.

"Maaf, maaf, aku hanya pinjam pakaianmu saja, oke," bisik Heera seraya membawa tubuh wanita itu.

Ada sebuah bangunan kecil yang terlihat kosong di dekatnya, dia membawa wanita itu masuk dan segera menukar pakaian mereka. Tak lupa juga untuk membersihkan wajahnya yang terlihat sangat kotor dan kusam. Setelah selesai, dia menatap pada tubuhnya sendiri yang saat ini mengenakan pakaian pelayan.

Pakaian itu terlihat lebih bagus dari pakaian rakyat, bahkan pelayan istana pun hidupnya lebih baik dari pada rakyat. Dia mengenakan atasan tunik berwarna biru sampai selutut dengan bordiran-bordiran khas berbentuk bunga dan akar, dan celana panjang berwarna sama. Ada selendang panjang berwarna krem polos yang dililitkan di tubuhnya. Sebelum pergi, dia juga mencepol rambutnya sama seperti pelayan tadi.

"Maafkan aku, oke. Kau akan tidur sampai besok. Jangan salahkan aku, salahkan saja sistem tak berguna yang tidak memberiku jalan keluar," gumamnya pada pelayan wanita yang kini mengenakan pakaian laki-laki.

Heera berjalan-jalan dengan sedikit lebih bebas di dalam istana, dia bahkan tak tahu dirinya kini ada di bagian mana dari istana. Ketika orang-orang muncul, dia akan bersembunyi dan mendengarkan apa yang mereka katakan.

"Kudengar kemarin ada lagi yang mati di istana Baswara, benar?" terdengar suara seorang wanita yang berbicara.

Heera mengintip dan melihat dua pelayan wanita yang masing-masing membawa baki berisi makanan dan poci serta cangkir porselain.

"Benar sekali, bahkan dua pelayan yang mengantar makanan ke sana pun sambil lari ketakutan dan mereka diteror mimpi buruk melihat ada mayat pelayan di dalam istana Baswara," sahut yang lain.

Suara mereka semakin samar, dan Heera mengikuti mereka secara diam-diam di belakang sambil mendengarkan.

"Aura di sana sangat menyesakkan. Tadi pagi mayat di sana sudah dibawa pergi, dan Putra Mahkota hanya menatap mereka dengan wajah tanpa ekspresi. Kau tahu apa yang terjadi dengan mayat pelayan itu? Darahnya habis, dan tubuhnya kering!"

Dua pelayan itu sama-sama bergidik ngeri, kemudian mempercepat langkah mereka. Heera berhenti melangkah dan menatap mereka dengan dahi mengernyit. Sekarang dia memiliki clue! Putra Mahkota tinggal di istana Baswara, dan tugasnya adalah mencari tahu ada di manakah istana Baswara.

Heera juga memikirkan sesuatu, tentang mayat yang ditemukan di kediaman Putra Mahkota. Mayat itu kering dan tanpa darah. Tiba-tiba Heera melotot lebar, "Mungkinkah... Putra Mahkota yang sebenarnya adalah vampir?!"

"Apa itu vampir?"

Heera terlonjak, karena terkejut sampai dia tak sengaja menginjak batu dan nyaris terjatuh, tapi sebuah tangan besar dan hangat menangkap pinggulnya hingga ia tak jadi jatuh. Tubuhnya membentur dada bidang dan kokoh dengan tangan besar di pinggulnya. Selama beberapa detik dia hanya mengerjapkan matanya dan mencerna semuanya. Dia pikir ini seperti adegan yang sangat dramatisir seperti di novel-novel dan serial tv. Dia pun segera mundur dan menatap orang di depannya.

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now