Chapter 18

6.4K 1.2K 123
                                    

Chapter 18 nya dataaaang....

semoga kalian suka yaa...


****** 


"Itu dari emas asli," ujar Yasabadra seraya menyuapkan sayuran ke mulutnya.

Heera segera melepaskan sendok dari mulutnya sambil memandang Yasabadra yang sedang makan dengan tenang tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun. Pria ini benar-benar sangat tenang, bahkan dalam situasi apa pun.

"Aku ingin bertanya apa yang terjadi?" tanya Heera.

Yasabadra masih mengunyah, dia mengambil sayuran lain kemudian berbicara, "Makanlah dulu."

"Tidak, aku mau penjelasan," katanya dengan keras kepala. Setelah itu terdengar bunyi aneh dari perutnya. Diam-diam Heera mengutuk dan mulai makan.

Dia mengambil sayuran di depan Yasabadra dan menuangkan semuanya di piringnya dengan kesal, kemudian mengambil daging yang diasapi dan dibumbui dengan rempah-rempah. Menyuapkan nasi dan segala macam lauk pauk dalam sekaligus, hingga pipinya menggembung besar dan mulutnya penuh.

Yasabadra menatapnya dengan sudut bibir sedikit terangkat karena geli, tapi tak menunjukkannya dan memilih untuk memakan nasi tanpa sayuran. Mereka makan dalam keadaan hening, meski Heera sedikit berisik dengan sendok dan piringnya yang beradu seakan sedang menabuh gendang untuk konser musik.

Setelah beberapa saat mereka makan tanpa ada yang berbicara, Heera selesai menyantap semua makanan yang ada di atas meja. Dia bahkan tidak menyisakan daging dan sayuran sedikit pun untuk Yasabadra. Putra Mahkota di depannya hanya makan nasi dan sup bening.

"Jadi, jelaskan padaku," tuntutnya lagi seraya meraih buah apel dan menggigitnya.

Yasabadra mendongak, menatap Heera dalam diam kemudian meneruskan mengupas jeruk dan menaruhnya di atas piring kecil dari keramik. "Aku tidak tahu," jawabnya.

"Uhuk! Uhuk!" Heera terbatuk ketika satu gigitan apel terasa menggelinding ke tenggorokkannya dengan lancar. Dia menatap Yasabadra dengan mata melotot lebar. "Jangan bercanda, kau tahu kan aku di sini bisa sihir juga?"

"Ya."

"Jelaskan apa yang terjadi? Kau membawaku ke sini saat aku tidur?" heera menaruh apelnya, menyingsingkan lengan piamanya sampai siku seakan hendak berkelahi.

Yasabadra masih bergeming, selesai mengupas jeruk lalu mengulurkan piringnya ke hadapan Heera dan menaruhnya. Heera yang melihatnya semakin syok, bukannya menjelaskan apa yang terjadi, pria ini malah mengupas jeruk untuknya.

Heera menepuk dahinya sambil bergumam pelan, "Baru kali ini seorang Putra Mahkota mengupas kulit jeruk."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi semalam," kata Yasabadra.

Heera mengangkat tangannya. "Tunggu, tunggu! Saat aku keluar dari dunia ini kau masih kecil, kenapa kau datang ke duniaku sudah dewasa? Berapa usiamu sekarang?"

Yasabadra mengangkat pandangannya hingga bertatapan dengan Heera. "Kau datang ke sini lima belas tahun lalu. Usiaku saat ini 25 tahun."

Heera mengerutkan dahinya dengan bingung, seingatnya dia hanya sebulan di dunianya ketika keluar dari dunia ini. Tak menyangka bahwa waktu di dunia ini berjalan lebih cepat dari dunianya, atau mungkin program dalam game memang lebih dipercepat? Heera pun tak tahu jawabannya. Game aneh itu saja sudah sangat misterius dan membingungkan.

"Brother, aku bahkan masih berusia 23 tahun saat ini, dan ketika pertama datang pun masih seusia ini. Di duniaku baru berjalan satu bulan setelah aku membuka mantra belenggu di tubuhmu."

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now