Chapter 8

6.5K 1.3K 73
                                    

Ini chapter 8 nyaaaaa.....

selamat membacaaa...


***** 


Pria itu masih berdiri di sana, dengan kedua sudut bibirnya terangkat samar. Tatapannya menatap ke depan, pada seorang gadis berambut pirang dan berpakaian pelayan yang baru saja melarikan diri darinya. Terdengar suara derap langkah dari belakangnya, dan beberapa penjaga istana datang kemudian setengah berlutut di depannya dengan kepala menunduk.

"Yang Mulia Maharaja," ujar mereka secara bersamaan.

Pria tampan dan bertubuh tinggi itu mengangkat satu tangannya secara rendah kemudian para penjaga istana bangun masih dengan kepala menunduk.

"Bawa kepala pelayan ke hadapanku," titahnya.

"Baik, Yang Mulia."

Satu penjaga pergi untuk membawa kepala pelayan istana ke hadapan pria yang mereka panggil Yang Mulia. Pria itu berjalan ke sisi kanan, menatap pada danau kecil dengan patung di tengahnya dan air mancur yang tak berhenti bergemericik. Ada berbagai jenis tanaman air di danau kecil itu, dengan angsa-angsa berbulu putih yang berenang sambil mengepakkan sayap mereka.

"Salam hormat, Yang Mulia Maharaja," ujar seorang wanita berpakaian pelayan yang istimewa, dan berbeda. Selendang lebarnya disampirkan separuh ke kepalanya dan sebagian sisanya dililitkan ke perutnya. Dia membungkuk dalam-dalam dengan kepala lebih rendah.

Tatapan pria itu masih menatap pada angsa yang berenang di danau kecil. "Apakah ada penerimaan pelayan baru?"

Kepala pelayan paruh baya itu hanya menggelengkan kepala seraya menjawab dengan mantap, "Tidak ada, Yang Mulia."

Satu sudut bibirnya terangkat samar, dengan kilatan misterius di matanya. "Aku baru saja bertemu dengan pelayan asing."

Kepala pelayan itu terbelalak antara terkejut dan takut, dan dalam sekejap berlutut sambil menangkupkan kedua tangan di depan wajahnya yang terlihat gemetar. "Yang Mulia, maafkan bawahan yang tidak kompeten ini. Hamba akan mencari pelayan itu."

Dia mengangkat tangannya tanpa berbalik. Suaranya terdengar dalam dan dingin, "Tidak perlu. Biarkan dia dan berikan pekerjaan."

Kepala pelayan masih menangkupkan kedua tangannya yang gemetar, kemudian bangun dan membungkuk sekali lagi. "Baik, Yang Mulia. Terima kasih atas belaskasih Anda pada hamba."

Kepala pelayan mundur masih dengan kepala menunduk kemudian menghilang. Beberapa penjaga istana yang masih ada di sana pun tak berani mengangkat kepala, menunggu perintah yang akan diberikan pada mereka. Akan tetap Yang Mulia itu tidak mengatakan apa pun lagi sampai ia mulai melangkah dan meninggalkan halaman itu.


******


Malam pun tiba dan keadaan di Royal Palace begitu penuh gemerlap. Bulan menggantung di langit malam, dengan bertabur bintang yang menemani. Sinar rembulan menyinari puncak gunung, seakan memberikan refleksi pada dinding-dinding istana yang berwarna emas. Lentera-lentera perunggu tergantung di setiap tempat hingga memberikan kesan yang begitu terang seakan di mana pun bersembunyi akan segera diketahui. Angin berembus, menggongkan lentera-lentera perunggu dan lilin di dalamnya.

Para pelayan hilir mudik dan begitu sibuk, sedangkan para penjaga istana terus berpatroli di seluruh penjuru istana. Sedangkan di istana utama, suasana begitu ramai dan penuh gemerlap. Musik-musik mulai terdengar mengalun, bahkan terdengar sampai ke tempat para pelayan.

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now