Chapter 17

6.5K 1.3K 114
                                    

Double updateeee....

semoga kalian suka sama ceritanya yaaa.....



****** 


Ketika malam tiba, rasa lelah yang Heera rasakan berkali-kali lipat lebih dari sebelumnya karena hari ini dia harus mengasuh bayi besar yang nakal dan selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu Yasabadra mungkin tidak sebesar itu, hanya saja sudah berapa banyak peralatan di apartemennya yang rusak karena rasa penasarannya. Heera selalu mendumal jika mengingat bahwa pria itu sudah merusak vacum robot miliknya yang dibelikan oleh ibunya, mengatakan bahwa itu makhluk kecil yang bisa saja mendatangkan bahaya.

Heera menghela napas sambil merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit sambil meluruskan punggungnya. Membereskan rumah yang berantakan karena kucingnya yang terus memprovokasi macan tutul milik Yasabadra, dia bahkan ingin membanting sapu dan mematahkannya jika mengingat dia harus membereskan semua kekacauan seorang diri.

Salju di luar belum berhenti dan semakin tebal, angin malam musim dingin berembus kencang seakan hendak membekukan sampai ke tulang. Heera merasa hari ini jauh lebih mengantuk, dia pun menarik selimut hangatnya, menutupi tubuhnya sampai ke dagu sambil menatap salju yang turun dari jendela. Rasa kantuk semakin menjeratnya dengan erat, semakin lama pandangannya semakin mengecil sampai Heera jatuh tertidur.

Beberapa saat tak ada suara lainnya yang terdengar dari dalam kamar itu. Pintu kamar terbuka dari luar, dan sosok Yasabadra muncul dalam pakaian semula ketika dia datang dengan jubah yang sudah terpasang di tubuhnya, dan saber yang digendong di punggungnya. Dia melangkah mendekat dengan wajah tanpa ekspresi, ketika berdiri di depan Heera yang terlelap senyum miring muncul di wajahnya dengan kilatan misterius di matanya.

"Sudah waktunya kita kembali, Dewiku," bisiknya dengan suara yang dalam dan seringai misterius.

Yasabadra mengangkat tubuh Heera kemudian menggendongnya, hingga selimutnya terlepas. Dia mengenakan piama berwarna biru dengan rambut yang dikuncir dua, wajahnya begitu tenang menikmati tidur lelapnya. Yasabadra membawanya keluar dari kamar menuju ruang kerjanya.

Di ruangan itu sudah ada macan Dardura dalam bentuk normal, menunggu tuannya untuk pergi bersamanya. Masih menggendong Heera, Yasabadra memandangi wajahnya sejenak dengan kilatan misterius di matanya. Dia merunduk dan mengecup bibir Heera sekilas, kemudian tersenyum senang.

Suara gemuruh datang dari ruangan itu, segala benda di ruangan itu pun bergetar. Layar komputer menyala dan mengeluarkan cahaya putih yang semakin lama semakin membesar hingga nyaris membungkus tubuh mereka. Cahaya itu begitu terang dan menyilaukan mata. Sebuah gerbang ke dunia lain telah membuka celahnya.

Sang Putra Mahkota pun melangkah melewati celah hitam yang terbuka diantara cahaya putih yang terang, perlahan tubuhnya tertelan kegelapan yang amat pekat sambil menggendong tubuh Heera, diikuti oleh macan tutulnya. Tubuh mereka pun menghilang seiring dengan mengecilnya celah hitam kemudian cahaya pun kembali lenyap, dan ruangan itu dalam keadaan hening seperti sedia kala, seakan tak terjadi apa pun.

******

Bashara Kingdom.

Suara buurng-burung yang berkicau dengan desir angin membangunkan Heera, dia menggeliatkan tubuhnya dengan nyaman di atas kasur dan selimut hangat. Cuaca sepertinya menghangat dan salju sudah tak turun lagi. Cahaya matahari bahkan terasa masuk ke dalam kamar dan menyinarinya. Dia menguap sambil berguling ke sana-sini menikmati kehangatan ini setelah semalaman turun salju.

Wajahnya dibenamkan di bantal, dan wangi bebungaan tercium dari bantal dan selimutnya. Seingatnya ini bukan wangi di kamarnya, jelas ini wangi yang lain dan tak pernah dia cium sebelumnya. Tidak masalah, selagi ini hangat dan nyaman dia harus menikmatinya.

His Royal Highness [UPDATE] / TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACAWhere stories live. Discover now