6. Beban lara

Mulai dari awal
                                    

Tapi sebelum ia berhasil lolos....

"JANGAN BIARKAN MBA KUNTAI TERBANG DAN MENDARAI PADA SEKUMPULAN TAI, WOY!!!"

Pelangi ketahuan selayaknya maling yang kepergok warga sekitar.

Pelangi sudah lama berteman dengan Zoe, tapi gadis itu tidak pernah mengerti bagaimana lingkungan pertemanan Zoe dan siapa sajakah teman cowok itu. Begitu pun sebaliknya, mereka juga tidak pernah tau jika Pelangi merupakan teman Zoe dari kecil.

Mungkin karena Pelangi yang begitu sibuk membentengi dunianya sendiri. Mungkin juga karena Zoe yang menghargai ketakutan Pelangi.

Lalu, karena Pelangi tahu jika Zoe orang baik, dia memandang cowok itu penuh permohonan. Meminta pertolongan lewat tatapan agar Zoe bisa menasehati teman-temannya yang begitu freak. Karena Pelangi tahu, meminta bantuan pada Rayden adalah sebuah kesalahan.

Karena cowok itu menyebalkan!

"Dia mau balik ke kelas, bentar lagi bel."

Pelangi harus mengucap syukur lantaran Zoe begitu peka dan perhatian.

"Bel doang. Di sini aja Neng, lebih hangat." Daffin menyeletuk.

"Kayak apa?" tanya Zoe seolah ia adalah guru TK yang memancing muridnya agar menjawab nama buah-buahan dengan benar.

"ANGIN KENTUTNYA KALENG SARDEN!" sahut Cakra dan Daffin dengan serempak nan bersemangat.

Pelangi kira, setidaknya Zoe paling normal. Tapi pupus sudah harapannya saat melihat mereka bertiga tertawa puas dengan Rayden yang dijadikan bahan lelucon.

"Kampret!" Rayden mencibir. "Yang beginian aja kompak, Lo!"

"Mana kentutnya tengik lagi, ewh."

"Lama-lama gue jejelin juga Lo, biar nyaho sekalian!"

"OH, SAYA TIDAK TAKUT RUPANYA!"

Rayden memilih mengalah, karena dia tidak punya stock entut untuk saat ini. Dia menoleh ke samping. Tepat ke arah Pelangi yang plentas-plentus seorang diri. Kala gadis itu sama-sama menatapnya, Pelangi kembali melotot lebar.

Jika dia punya kesempatan, Pelangi punya satu keinginan. Yang akan terdengar kelewatan, yakni membunuh Rayden dengan penuh keberanian.

Habisnya makhluk jadi-jadinya ini selalu berhasil membuatnya engap.

Biar Pelangi jelaskan sebentar.

Semalam, saat ia tengah bersantai. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal yang kira-kira isinya begini.

Serahkan uang lima rarus juta besok! Kalau tidak, nyawa Anda akan melayang.

Saya sudah mengawasi Anda selama seminggu belakangan ini, jadi saya tahu betul saat-saat Anda sendirian.

Jangan lapor polisi atau malam ini juga, you die!

Pelangi tentu saja histeris, dia tidak mau mati sia-sia begitu saja. Seisi rumah gempar dan kebingungan, memikirkan cara bagaimana mendapatkan uang lima rarus juta dalam satu malam.

Lima ratus deng, lagian si Peneror bisa-bisanya typo segala.

Saat Pelangi tersedu-sedu di pelukan Senja— sembari terus meracau tidak ingin mati sekalipun rindunya terhadap Ibu kian besar, Lembayung kalang kabut dan justru berniat ngutang kemana saja. Parahnya, dia sampai berniat menggadaikan sertifikat rumah, yang langsung mendapat serangan dadakan dari Senja yang membuatnya meringis pelan.

Senja bilang, "Sembarangan! Ini bukan rumah kita, emang mau tanggung jawab kamu?!" Yang lantas membuat laki-laki itu kicep. Padahal niatnya memberi solusi terbaik. Kalaupun itu bukan solusi terbaik, yang namanya panik pasti seringlah konslet-konsletan dikit.

Sementara Ayah berniat menjual seluruh kendaraan yang ia punya dan aset-aset berharga lainnya. Senja sendiri sudah melepaskan seluruh barang berharga yang nangkring di tubuhnya. Bahkan cincin nikahnya sekalipun, wanita itu juga memaksa Lembayung melepaskan cincinya secara paksa.

Ayah sudah menuduh teman baiknya, berpikir jika beliau yang berniat membuatnya bangkrut dan yang lebih parah, membunuh anak bungsu Ayah lantaran persaingan bisnis.

Pokoknya, seisi rumah sudah kacau balau.

Namun, saat Lembayung memberanikan diri menelepon nomor asing yang meneror Pelangi tersebut, suara dari balik telepon yang terdengar malah seperti ini kira-kira, "Malam, Om hehehe."

Hehehe gundulmu!

Bodohnya, Pelangi asal menyimpulkan jika ia benar-benar diteror.

Untung saja, Ayah tidak jantungan. Lembayung bisa mengontrol emosinya. Senja wanita penyabar. Tapi tidak dengan Pelangi, dia tidak akan melupakan kejadian itu begitu saja.

Rayden benar-benar kurang ajar!

"Anjir, pelajarannya Srintil. Cabut, kuy!"

Palangi bahkan sampai tidak mendengar suara bel saking bersemangatnya memelototi Rayden yang justru mesam-mesem tidak jelas.

Mereka bertiga— kecuali Rayden, kalang-kabut balik ke kelas kala Pelangi masih bertahan pada posisinya.

Perlu kalian ketahui jika Pelangi tidak pernah menatap laki-laki terlalu lama, rasanya begitu tidak nyaman dan membuatnya merasa takut. Tapi coba lihat bagaimana dengan keadaan sekarang.

Cowok menyebalkan itu tiba-tiba saja menarik tangan kanan Pelangi, yang lantas ditepis dengan segera. Tapi cowok model-modelan Rayden begitu mana mungkin menyerah dengan mudah.

Dia menaruh gulungan kertas di atas telapak tangan Pelangi. Tidak mengatakan apa pun selain menyuguhkan sebuah senyuman. Setelah itu berlalu begitu saja.

Pelangi memandang punggung cowok itu penuh keheranan. Lalu gulungan kertas di tangannya.

Apakah ini sejenis surat cinta?

Hilih, alay sekali cowok itu!

Karena dirundung rasa penasaran yang mendera, Pelangi memutuskan untuk melihatnya sekarang juga. Dahinya mengernyit bingung saat dia memandang benda kecoklatan yang ada dalam kertas tersebut, "Ini apa, sih?"

Gadis itu terdiam sejenak, sebelum berakhir mencak-mencak. "Rayden, Goblok!" umpatnya. "Itu bocah bener-bener, ya!"

Pelangi menemukan harta karun rupanya. Segumpal upil yang entah sudah berapa lama dikumpulkan dan dibentuk dengan begitu estetik.

Tapi ada satu hal yang baru Pelangi sadari. Ada sebuah tulisan kecil di ujung kertas.

Capek. Begitu kira-kira isi tulisan yang berhasil Pelangi baca.

Dia baru ingat, sebelum Rayden balik ke kelas. Cowok itu sempat tersenyum, dengan tatapan sayu. Seolah menggambarkan jika cowok itu benar-benar tengah dirundung sendu.

Pelangi yakin, Rayden memang tidak setangguh kelihatannya.

Mungkin Rayden memang bisa menahan banyaknya luka di tubuh cowok itu. Tapi untuk urusan luka mendalam yang tidak pernah menunjukkan wujudnya, dia lemah. Dan Pelangi tahu itu.



****



28-11-20.



CERAUNOPHILE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang