19. Sepenggal kalimat

189 51 12
                                    

Pagi tadi, Pelangi terbangun dengan rasa pusing luar biasa yang menguasai kepala. Dia bahkan mual dan muntah-muntah. Perlahan, ingatannya kembali pada kejadian semalam. Dimana dia berniat ke minimarket dan berujung dikepung sekolompok begundal kampret itu.

Pelangi ingat bagaimana ia berteriak meminta tolong, bagaimana ia diseret menuju tempat sepi dengan air mata berderai. Terakhir, ia hanya ingat saat dipaksa meminum minuman keras.

Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa. Dia tidak tahu bagaimana ia bisa terbangun di kamarnya sendiri.

Gadis itu mungkin sudah berpikir macam-macam jika dia tidak merasa tubuhnya baik-baik saja. Itu artinya, mereka tidak macam-macam, kan?

Namun, tidak baik-baik saja dalam artian lain lantaran ia harus berakhir di UKS saat jam pelajaran sedang berlangsung.

Elen tentu berniat menemani Pelangi dengan senang hati agar bisa sekalian bolos pelajaran, namun Pak Botak melarangnya keras-keras. Yang berakhir membuat Pelangi terbaring sendirian dalam ruangan serba putih.

"Lah?"

Pelangi terperangah kala wajah seseorang tiba-tiba saja menyembul tepat di depan wajahnya, karena teknisnya, ia sedang berbaring dengan posisi miring. Dan wajah itu muncul dari balik punggungnya.

"Kok nangis?" Rayden dibuat heran.

Gadis itu diam saja. Terlalu lemas untuk menyahut.

"Dia emang gitu kalo lagi sakit." Pelangi tahu betul jika itu suara Elen. "Jarang sakit, tapi sekalinya sakit—,"

"Nyusahin?" Rayden memotong.

"Bukan," sahut Elen setelah tiba di hadapan Pelangi. "Sekalinya sakit dia ampe nangis."

"Oh."

Jika sedang begini, Pelangi sering kali membayangkan andai saja Ibu masih ada. Pasti akan ada yang merawatnya tanpa kurang. Memperhatikannya tanpa henti. Menyayanginya tanpa pamrih.

"Gue beliin roti kalo Lo males makan nasi." Elen menaruh sebungkus roti dan air mineral di atas nakas kecil. Setelah itu dia beranjak. Hendak mengumpulkan buku sebagai hukuman kecil dari Pak Botak yang sempat ia abaikan setelah jam istirahat.

"Tadi udah sarapan?" Rayden bertanya setelah pindah posisi. Yang tadinya berada di belakang punggung Pelangi, kini berganti di hadapan gadis itu.

Pelangi menggeleng samar.

Dia bangun kesiangan. Mbak sedang pulang kampung. Dan Alan sudah tidak ada di rumah. Lengkap sudah.

Rayden bergerak menghapus bercak air mata di sekitar mata gadis itu. "Jelek banget Lo kalo gini," ucapnya kemudian. "Ya itu makan, lah."

Pelangi menggeleng lagi.

"Modar Lo lama-lama kalo nggak makan. Mau gue lolohin?"

"Lolohin?" Pelangi bertanya dengan suara lirih.

"Suapin."

"Nggak."

"Mau minum paramex?"

"Nggak."

"Oskadon pancen oye, mau?"

"Nggak."

"Mau minum air putih?"

"Nggak."

"Mau gue kelonin?"

"Nggak!"

Rayden berdecak. "Ya terus Lo maunya apa?"

"Tidur."

"Ya tidur, lah. Repot amat gitu aja."

"Nggak bisa."

CERAUNOPHILE [Completed]Where stories live. Discover now