Extra Part

164 14 34
                                    


Nunggu 10k masih jauh banget kayaknya, jadi mari kita gas aja.

Ini agak panjang, biar kangennya agak ilang.

Belom direvisi lagi, mager banget wkwk maapkeun kalo banyak typo.

***

“Mama!”

Pelangi baru saja memasuki ruang tengah setelah selesai menjemur baju di halaman belakang kala seorang gadis kecil yang paling banter berusia tiga berlari ke arahnya.

“Kamu minum es?!” Pelangi memekik garang.

“Ndong!” Dia tampak tidak peduli dengan noda coklat yang mengotori sekitar mulutnya, kedua tangannya terjulur ke atas, meminta gendong.

“Kamu minum es?!” Pelangi bertanya sekali lagi.

Lentera— anak itu justru nyengir lebar, menampilkan giginya yang masih jarang-jarang. “Es enak, Mama!” serunya kelewatan girang.

“Dibilangan jangan minum es, bandel banget,” omel Pelangi, sudah seperti mamak-mamak di luar sana. “Nanti sakit. Mau umbelen kamu?”

“Umbel enak, Mama!”

Pelangi mendengus lelah. Jujur saja, dia lebih memilih mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri tiap hari daripada harus  mengurus anak ini.

“Mama, ndong!”

“Sini cuci tangan dulu.” Pelangi mengandeng tangan Lentera menuju dapur. Sama seperti kebanyakan anak sebayanya, tingkahnya kadang menjengkelkan. Juga memusingkan kalau sudah banyak tanya.

“Siapa tadi yang ngasih kamu ice cream?” tanya gadis itu sambil membasuh tangan serta mulut Lentera di wastafel dapur.

“Papa!”

“APAAN ORANG DIA YANG MINTA!” Seruan dari ruang tengah terdengar menggelegar sampai-sampai membuat Lentera sempat tersentak kaget, ekspresinya justru terkesan menggemaskan.

“Hihhh, kayak maung ya, Mama.” Bocah itu bergidik ngeri sambil menatap Pelangi.

“Iya.” Setelah selesai, dia beralih membawa Lentera dalam gendongannya. “Kamu nih juga anak maung.”

“Bukan Mama, ihh!” Lentera berseru tidak terima. “Aku anak pintar!”

“PINTER KOPET!!” Rayden yang tengah tiduran di atas sofa dengan mata terpejam ikut menyahut tanda tak setuju. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menutupi matanya.

Sambil mendudukkan diri di sofa lain yang kosong, Pelangi berucap, “Lain kali kalo minta ice cream jangan dikasih deh, Den.” Sebelum mendekap Lentera yang duduk di pangkuannya. Menempelkan kepala anak itu di dadanya dan menepuk-nepuk pantatnya.

“Maunya sih gitu. Ya tapi gimana orang bocahnya ngamuk! Guling-guling di tengah jalan. Kucing lewat aja juga dicekek ama dia.” Rayden melirik Lentera dengan sinis.

Meskipun ia sering mencium-cium wajah anak itu tanpa henti sampai-sampai membuatnya menangis, atau ingin memitingnya karena kelewatan gemas, tetap saja Rayden merasa jengkel.

Sementara yang ditatap sibuk memberontak di pelukan Pelangi.

“Kamu mau ngapain, sih?”

“Nggak mauuuuu…” Lentera masih saja memberontak.

“Udah sini bobo.”

“Nggak mau bobo maunya main, Mama…”

“Kan tadi mainnya udah lama, sekarang harus bobo dong,” bujuk Pelangi dengan sabar, Namun terkesan percuma karena Lentera sudah berhasil merosot dari pangkuannya dan beralih menghampiri Rayden yang sudah memejamkan matanya kembali.

CERAUNOPHILE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang