6. Beban lara

Beginne am Anfang
                                    

"Nggak tahu apa-apa," sahut Elen begitu enteng.

"Yahhh."

Penonton kecewa.

"Kok gitu?" Pelangi tidak terima.

"Ya emang gitu. Lagian orang nggak akrab. Ngomong bedua aja nggak pernah. Bisa aja dia nggak tahu kalo kita dulu satu sekolah."

"Masa Lo nggak tahu apa-apa, sih? Ayahnya bunuh diri aja Lo tahu. Gosip-gosipnya aja deh nggak pa-pa."

"Gosip, ya?" Elen menerawang, sementara Pelangi mengangguk semangat. "Hmm... dulu katanya Rayden pernah kekunci di kamar mandi. Kena karma gara-gara ngomelin kucing tetangga yang suka ngondolin barang."

"Terus?"

"Terus teriak-teriak nggak ada yang nolongin."

"Terus?"

"Ketiduran deh di kamar mandi."

"Terus?"

Elen lebih mendekatkan diri ke arah Pelangi. "Pernah nggak pake kancut pas sekolah."

"Terus?"

"Dulu katanya Rayden pernah kesurupan di Masjid."

Setelah mengatakan hal itu, Elen beru-buru duduk tegak sempurna kala guru yang sedang mengajar berjalan ke arahnya.

Pelangi yang berniat mencari informasi lebih dalam mendadak bungkam, hidungnya bahkan sudah kembang kempis. Lalu mereka membuang nafas lega lantaran guru wanita bertubuh gempal itu hanya melewati mejanya saja dan lanjut melangkah ke belakang. Memantau aktivitas muridnya dari sana.

Yang tentu saja membuat Pelangi harus menggagalkan aksinya.

Beberapa menit berlalu, ia baru sadar. Jika apa yang Elen bicarakan sama sekali tidak penting.

Bukan itu yang ingin Pelangi tahu!


***

Pelangi baru saja keluar toilet. Gadis itu menyusuri lorong yang cukup ramai sembari merapikan roknya. Tidak terlalu fokus dengan jalannya saat tiba di belokan lorong, sampai membuatnya tanpa sengaja menubruk punggung seseorang.

Seseorang yang Pelangi maksud menoleh ke belakang, bertepatan saat mereka saling pandang, Pelangi menghunuskan tatapan paling mematikan.

Bukannya beranjak, Pelangi malah terus saja mempertahankan posisinya dengan mata melotot lebar. Tentu membuat orang lain merasa heran dan penasaran.

"Siapa, Den?" Pertanyaan Daffin mewakilkan mereka semua yang mulanya sedang asyik bergurau.

Rayden menoleh, lalu menjawab santai, "Dedemit wese sekolah."

Cakra mengernyit heran. "Kalo dedimitnya modelan begitu mending pindah di rumah gue aja Mba Kuntai. Enak tau, nyaman! Tapi ada satu tempat lagi yang paling nyaman." Dengan wajah jenaka, cowok itu menunjuk dadi kirinya. "Di sini, nih. Di hatiku hehe."

"Alah tai! Beresin tuh mantan Lo yang giginya maju ke depan." Daffin bersungut-sungut.

Cakra berteriak dramatis, dengan kedua tangan yang menangkup depan dada layaknya lakon film yang begitu menjiwai peran. Wajahnya juga dibuat seolah ia tersakiti lantaran pasangannya berselingkuh di belakang. "Jangan mengumbar aibku, Mas. Itu terlalu kedjam!"

"Najis gila!"

Zoe hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum tipis.

Diam-diam, Pelangi mengundurkan langkahnya. Memilih putar balik ketimbang terjebak dalam perkumpulan laki-laki yang selalu saja membuatnya tak nyaman.

CERAUNOPHILE [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt