"Rey memang gitu Ra, kadang datar, cuek, nggak mau tau sama orang sekitar, kadang juga friendly banget," ucap Aldo.

"Tapi kenapa sama kak Vania aja?" tanya Nara lagi.

"Ahh iya, aku baru sadar, Kak Rey nggak ada ngomong sama kak Vania ya? Sekali ngomong datar," ucap Bella yang baru sadar kalau Rey tidak ada mengobrol sama sekali dengan Vania.

"Lo ada masalah sama dia?" tanya Aldo.

"Gue di jodoh jodohin sama Vania," ucap Rey yang membuat Aldo, Bella dan Nara membelalakkan matanya.

"Kak Rey serius?" tanya Nara.

"Iya serius, tapi kakak nggak mau, orang enggak suka juga,"

"Gimana ceritanya kak?" tanya Bella penasaran.

"Karna Vania yang tanggung jawab kecelakaan kemaren, jadi kita udah deket, dia yang ngerawat kakak selama sakit, karna kita udah deket, terus orang tua si Vania maksa buat kita jalanin yang lebih serius, serius apa coba orang kita cuma temen doang,"jelas Rey.

"Kak Rey nggak suka sama kak Vania? Kak Vania cantik loh kak," ucap Nara.

"Setiap perempuan itu cantik, dan setiap orang memandang kecantikan perempuan itu beda-beda, ya Vania memang cantik, tapi menurut kakak dia nggak menarik," ucap Rey bijak.

"Kak Rey bijak," ucap Bella dan tertawa.

"Kak Aldo kenapa diam aja?" tanya Nara.

"Kak Aldo cemburu ya kak Vania di jodohin sama Kak Rey?" ucap bella dan tertawa meledek Aldo, begitu juga dengan Nara.

"Lo cemburu? Ambil kalau lo mau! Gue sih ogah sama dia," ucap Rey.

"Siapa juga yang mau sama dia," ucap Aldo.

"Udah yuk pergi! Katanya mau ke pasar malam," ucap Aldo.

Setelah itu Aldo membayar makanan mereka tadi dan keluar dari restoran tersebut.

Diikuti oleh Nara dan Bella, sedangkan Rey berjalan bersamaan dengan Aldo di depan.

***

Sampainya di pasar malam, Nara dan Bella dengan semangat masuk ke area pasar malam tersebut.

"Ahh bianglala, mau naik itu ya kak?" ucap Nara dengan mata berbinar melihat wahana satu itu.

"Jangan Ra bahaya," ucap Rey.

"Bahaya apa sih kak?" tanya Nara bete.

"Nanti kalau tiba tiba bianglala nya rusak gimana?" ucap Rey lagi.

"Enggak kak, kan ada yang jaganya," ucap Nara.

"Atau jangan-jangan kak Rey takut ketinggian ya?" tanya Nara.

"Siapa bilang?" tanya Rey.

"Kak Rey takut ketinggian Ra," bisik Bella pada Nara.

"Bagus deh, aku mau ngerjain dia balik, siapa suruh dia nggak maafin aku waktu di rumah sakit terus nyolot lagi," bisik Nara pada Bella.

"Jadi ceritanya mau balas dendam?" bisik Bella lagi.

"Yagitu Bell," bisik Nara dan terkekeh.

"Kalian ngapain?" tanya Rey karena melihat Nara dan Bella berbisik-bisik.

"Bisik-bisik tetangga," ucap Nara semenanya.

"Yaudah ayuk naik," ucap Nara lagi.

"Kalau takut nggak usah sok berani," ucap Aldo meledek Rey.

"Siapa bilang gue takut? Yaudah yuk naik," ucap Rey dan berjalan mendekati bianglala tersebut.

Saat mereka membeli tiket, mereka tidak bisa naik empat orang sekaligus, hanya bisa berdua.

"Yaudah gini aja, Aku sama Kak Rey, Bella sama kak Aldo, aku mau buktiin kalo dia gak penakut," ucap Nara.

"Rasain lo!" ucap Aldo.

Saat bianglalanya mulai berputar, Nara dengan asik berfoto mengabadikan momen tersebut dan bergerak mencari objek yang bagus untuk difoto.

"Ra jangan gerak-gerak!" ucap Rey dengan wajah yang sudah sangat pucat.

"Kenapa sih kak, diam aja deh, nikmati," ucap Nara.

Sebenarnya Nara merasa kasihan sama Rey, tapi apa boleh buat, kalau mereka turun pasti rencana balas dendam Nara tidak berhasil.

Tiba-tiba bianglalanya berhenti saat mereka berada di atas yang membuat Rey tambah pucat, ia ketakutan sekarang.

"Ra, ini kenapa berhenti? Rusak ya?" tanya Rey yang tengah gemetar ketakutan.

"Itu kak, ada yang mau naik juga," ucap Nara dan melihat kebawah yang membuat tempat mereka duduk bergerak.

"Ra jangan gerak!" ucap Rey.

"Kak, nggak usah takut, kita nggak bakal jatuh kok," ucap Nara dan memegang tangan Rey yang sudah sangat dingin.

Dingin banget tangannya, takut banget kali ya? - batin Nara.

Biaglalanya sudah mulai berputar lagi membuat Rey bernafas legah, saat mereka sampai di bawah Rey minta Nara agar berhenti tapi Nara tetaplah Nara, ia tidak mau berhenti sebelum waktunya.

Bianglalanya berputar lagi dan sekarang wajah Rey memang sangat sangat lah pucat. Bagaimana tidak, listriknya mati dan posisi mereka berada di paling atas.

"Ra.. listriknya mati?" tanya Rey terbata bata.

"Iya kak," jawab Nara dengan sangat santai.

"Jadi kita disini sampai kapan?" tanya Rey dan melihat ke bawah yang membuatnya semakin takut.

"Sampai listriknya hidup lah kak," ucap Nara seadanya.

Tidak ada balasan dari Rey, dan tidak ada pergerakan juga dari Rey, membuat Nara sedikit cemas.

"Kak, kak Rey baik baik aja kan?" tanya Nara, namum tetap tidak ada jawaban sedikitpun dari Rey.

"Kak Rey?"panggil Nara sekali lagi.

"Gak tahan Ra," ucap Rey.

"Gak tahan apa kak?" tanya Nara cemas dan bingung.

"Kebelet," ucap Rey yang membuat tawa Nara pecah seketika.

"Jangan ngompol disini! Kasian orang dibawah," ucap Nara di sela-sela tawanya.

Tidak lama menunggu akhirnya listrik hidup kembali dan saat dibawah, Nara menyudahi wahana bianglalanya karena merasa kasihan pada Rey.

Setelah turun, Nara mencari tempat duduk untuk Rey yang tengah memuntahkan isi perutnya.

Setelah itu Nara pergi membeli air mineral untuk Rey. Saat Nara pergi membeli air mineral, Bella dan Aldo datang dan duduk di dekat Rey.

"Nara mana?" tanya Aldo tapi tidak ada jawaban dari Rey.

"Kak Nara mana?" tanya Bella dengan suara meninggi.

"Aku disini," ucap Nara dari belakang.

"Aku beli air mineral nih untuk kak Rey," ucap Nara dan memberikan air mineral kepada Rey dan Rey langsung meminumnya sedikit.

"Habisin kak," suruh Nara tapi di acuhkan oleh Rey.

"Kak Aldo kita pulang sekarang ya, kasihan Kak Rey," ucap Nara dan membantu Rey berdiri.

Aldo dan Bella mengikuti dari belakang, sebenarnya mereka penasaran kenapa Rey jadi seperti itu, tapi perasaan penasaran mereka buang jauh-jauh untuk saat ini.

Setelah sampai di mobil, Nara membantu Rey masuk dan juga masuk kedalam mobil diikuti oleh Aldo dan Bella.

TBC

Salam manis

@cahyarmdntii

Kinara (Completed)Where stories live. Discover now