Prepossess - 22

Mulai dari awal
                                    

Bella langsung tergelak. "Aku hanya terus membayangkan, kesulitan apa yang sudah kau lewati selama ini."

"Aku baik-baik saja sekarang. Apa yang kau pedulikan cukup aku yang sekarang."

Bella terdiam. Karena mungkin keingintahuannya sudah menggali sesuatu yang tidak ingin Romeo ingat lagi.

"Baiklah," kata Romeo diiringi hela napas dan mendorong piring ke samping. "Aku hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan umum. Kebanyakan freelance yang dibayar perjam. Dari sanalah aku belajar banyak hal."

"Ada berapa banyak pekerjaan yang kau lakukan?"

"Kau tidak akan percaya apa saja yang sudah pernah kulakukan."

Bella teringat perkataan Ronald tentang masa remaja Romeo. "Kau sangat hebat."

Romeo menatapnya dengan mengulum senyuman. "Boleh aku tahu alasannya?"

"Karena kau sudah mandiri sejak kecil. Kau tidak perlu bergantung pada orang lain. Kau bisa memilih sendiri jalan hidupmu. Tidak perlu mendengarkan siapa-siapa. Hanya saja-"

Romeo menunggunya melanjutkan.

Bella membalas sentuhan Romeo di jarinya menjadi genggaman. "Kau pasti merasa kesepian."

Romeo terdiam beberapa saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Romeo terdiam beberapa saat. "Ya," Romeo mengusap plester lukanya. "Sampai rasanya ingin mati."

"Kau memilikiku sekarang." Kalimat itu keluar begitu saja. "Sering-seringlah bicara padaku. Mengatakan perasaanmu tidak seburuk yang kau pikirkan. Itu bisa membuatmu sedikit lega dan memberi ruang untukmu bernapas."

Romeo mendengarkan kalimat Bella sambil mengangguk-anggukkan kepala layaknya seorang anak kecil yang tengah diberikan nasehat oleh dokter.

"Baiklah, aku akan mengatakannya sekarang."

Bella menaikkan siku ke atas meja. "Apa?"

"Kau kehabisan napas saat tadi kucium." Ujar Romeo santai.

Bella menarik cepat tangannya. "Sebenarnya ada beberapa hal yang tidak perlu kau katakan secara langsung."

"Dan itu membuatku semakin ingin merasakanmu." Sambung laki-laki itu.

"Romeo!"

Dengan tawa kecil dan tatapan menghanyutkannya, Romeo beranjak membawa piring ke wastafel. "Jika saja kau tidak mengatakan berhenti, kau mungkin tidak duduk di dapur ini sekarang."

Romeo sengaja mengatakan hal-hal itu untuk membuatnya malu. Dan laki-laki itu berhasil.

"Aku tidak ingin mendengarnya lagi." Kata Bella menutup kedua telinga dengan tangan.

Romeo berbalik sambil mengeringkan tangan sehabis mencuci piring. Menuju Bella yang masih duduk di kursi meja dapur. Kedua lengan keras laki-laki itu mengurungnya karena bersandar di sisi meja.

PrepossessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang