Prepossess - 13

73.8K 13.3K 2.5K
                                    

Sepahit kopi, tidak sedingin malam di atas kita
Yang juga dekat, maka pula hangat
Saat jantungku memacu hampir, matamu bersinar sebaliknya
Memberitahuku kamu sedang menyimpan rahasia

🔥
🎼 ILYSB - Lany 🎼
🔥

Bicara soal berharap, Bella tentu juga pernah melakukan pengharapan.

Berharap memegang pisau tidak lagi sulit dan terus melukai jarinya. Berharap ayahnya tidak pergi begitu saja meninggalkan ia dan ibunya tanpa mengatakan apa-apa. Berharap kisah asmaranya berjalan lancar dengan mengikuti keinginan ibunya dikenalkan pada Robert meski berujung sakit.

Dan sekarang, setelah mengetahui maksud Romeo yang dikatakannya tanpa ekspresi di rooftop tadi, Bella baru menyadari ia berharap terlalu banyak pada laki-laki yang baru dikenalnya.

Bella juga sedikit berharap Romeo tadi mencegahnya. Mengatakan jika laki-laki itu bercanda untuk sekedar mengerjainya saja.

Tapi tentu saja, terlalu banyak berharap hanya mendatangkan rasa kecewa yang sama banyaknya.

Romeo tidak berkomitmen.

Itu yang Bella pahami dan membuat tenggorokannya kering oleh sesal.

Segala kedekatan, perhatian juga sikap lembut Romeo hanya bentuk permainan saja. Laki-laki itu tidak menginginkan hal yang sama seperti Bella. Dan itu benar-benar mengganggunya.

Pintu lift yang membawanya turun terbuka, dan seketika ia sudah memiliki pengharapan lain dengan seharusnya Bella tidak usah pulang dulu saja. Ia berbalik dan memencet tombol lift untuk turun.

"Bella," Robert yang semula berdiri di depan pintu langsung mengejarnya.

Kedua tangan Bella terkepal.

"Aku tidak tahu ternyata setelah melihatmu, rasa rinduku bertambah berkali lipat." ujar laki-laki itu.

"Apa yang kau mau?!" suara Bella tajam, dan bergetar bersamaan. Mendengar suara Robert membuatnya ingin muntah.

"Bella, jangan bicara seperti itu." Robert berusaha mendekat.

"Jangan mendekatiku!"

"Aku hanya ingin bicara tentang kita."

"Sudah tidak ada lagi 'kita' yang kau maksud itu."

"Aku tahu kau marah. Tapi itu hanya sementara. Aku tahu kau juga masih mencintaiku." Percaya diri memang salah satu keahlian Robert, yang kali ini membuat Bella muak dibuatnya.

"Marah bukan kata yang tepat untukku, Robert. Apakah kau tidak bisa mendengarku? Aku sudah memutuskan hubungan kita."

"Tapi kita sudah bertunangan!"

"Harusnya itu juga yang kau ingat sebelum berselingkuh dengan sekretarismu!"

"Bella, aku susah payah mencarimu. Membayar jasa detektif untuk mengetahui jejak pergimu. Bukankah itu sudah menjadi bukti bahwa aku benar-benar memilihmu daripada Veronica." Robert membuang napas kasar. Tampilan laki-laki itu masih sama, jas licin dan rambut klimis tanpa cela. Penampilan itu membuat Bella bertanya-tanya apakah Robert pernah menangisinya?

"Aku sama sekali tidak tersanjung dipilih olehmu. Aku juga yang memilih meninggalkanmu, dan kau tidak bisa mengubah itu."

"Bella," Robert meraih tangannya. Mencengkramnnya kuat hingga Bella merasa pergelangan tangannya mungkin berbekas. "Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja dengan keras kepala tanpa mau mendengarkanku. Aku berhak mendapat kesempatan untuk sebuah penjelasan."

PrepossessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang