Prepossess - 6

104K 15.2K 3.2K
                                    

Kita tidak semestinya mendekat. Tidak seharusnya saling menatap lekat. Apalagi meninggali ruang di dalam kepala dengan cara begitu memikat.

🔥

"Perkenalkan, dia Bella. Orang baru yang menempati apartemen Sandra di lantai lima." ulang Petty beberapa kali karena bersemangat sekali memperkenalkannya pada penghuni apartemen lain di pesta yang diadakan di rumahnya pada jumat malam.

Bella juga sudah menyelesaikan kue pesanan Petty yang saat ini berada di atas meja bundar dengan makanan dan minuman lainnya.

Apartemen Sandra dipenuhi teman-tenannya. Juga penghuni apartemen yang lain. Bella sudah mengenal beberapa di antaranya yang mendiami lantai satu sampai tiga. Kebanyakan sudah tinggal berpasangan dengan kekasih masing-masing.

Suara musik yang berdentam seperti memompa jantungnya. Suara-suara dari banyak orang menjadi satu seolah dengungan yang tidak jelas. Dan Bella berdiri di dekat meja makanan, meremas botol plastik air mineralnya tanpa tahu harus mengajak bicara siapa.

Bella tidak bisa mengingat pesta terakhir yang ia hadiri. Sepertinya sudah lama sekali saat dirinya duduk di bangku sekolah. Itu pun karena Sandra yang memintanya datang menemani. Baginya berada di tengah banyak orang terlalu menegangkan. Sama halnya seperti memulai percakapan dengan orang asing.

Sebenarnya Bella tidak termasuk orang yang pendiam. Ia akan bicara jika diajak bicara. Ia bisa berargumen jika dibutuhkan. Ia juga bisa memberikan saran dan nasihat yang sering dilakukannya pada Sandra.

Dulu Bella juga mengikuti banyak kegiatan waktu sekolah, dan peringkatnya selalu lima besar. Teman-teman di kelasnya mengenalnya meski hanya sekedar di area sekolah saja.

Intinya, Bella merasa dirinya hanya gadis yang biasa-biasa saja.

Petty menghampirinya dan menyandarkan kepalanya di bahu Bella. "Seandainya Romeo mau datang."

Saat ini, Bella merasa nama itu memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatiannya lebih banyak. Yang seharusnya tidak boleh, mengingat hubungan Romeo dan Petty. "Bukankah seharusnya begitu?"

"Walau aku harus memaksanya untuk datang, dia tidak pernah mau berada di pesta seperti ini. Laki-laki itu sangat suka kesunyian," Petty mengangkat kepalanya, menunjukkan wajah kesal pada Bella. "Bukankah membosankan jika waktumu tidak dihabiskan untuk berpesta?"

Mungkin itu pertanyaan yang tidak perlu Bella jawab.

"Jadi dia tidak datang?" Aneh padahal ini ulang tahun pacarnya.

"Seluruh penghuni apartemen ini mengenal Romeo. Tapi tidak ada yang benar-benar pernah berada di satu ruangan yang sama dengannya. Kecuali aku tentu saja," Petty tertawa manja. "Sebagian dari mereka hanya berpapasan dan sebagiannya lagi sering mengintip laki-laki itu saat olahraga pagi. Jadi, kalau dia sampai berada di sini, itu artinya satu keajaiban akan tercatat di dalam buku sejarah."

Setelah mengatakan itu Petty berlalu pergi menyapa teman-temannya yang baru datang.

"Hi, Bella," Sapaan itu dibarengi gelas kertas berisi minuman dingin menyenggol lengannya.

Bella yang bergidik mengusap lengannya. "H-hi." Kalau tidak salah ingat dia penghuni lantai tiga. Laki-laki bertubuh sedikit berisi dan menggunakan kaca mata. T-shirt garis-garisnya terlihat mencolok di antara yang lain. Juga jaket parasut yang tidak ditanggalkannya.

"Kau tidak minum?" Tawarnya.

Bella mengangkat botol mineral di tangannya dengan sedikit anggukan, mengisyaratkan ia sudah minum.

PrepossessWhere stories live. Discover now