Prepossess - 3

133K 15.8K 1.9K
                                    

🔥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🔥

Cuaca mendung di pagi hari berikutnya. Jalanan sudah ramai dipadati para pejalan kaki yang sibuk dengan urusan masing-masing. Begitu juga Bella, yang sudah hampir satu jam berdiri di depan sebuah gedung berlantai dua puluh sambil menggenggam kotak berisi cincin.

Bella tidak tahu, apakah keputusannya ini benar atau tidak. Apakah harus dilakukannya atau tidak.
Atau, sebaiknya ia tidak harus memikirkan cara mengembalikan cincin berlian yang diberikan Robert kala mereka bertunangan dulu.

Bella bisa menjual cincin ini, dan ia tidak akan mengkhawatirkan finansialnya.

Tapi menyimpan kenangan pada sebuah benda, apalagi cukup mahal itu bukan kebiasannya. Bella akan menitipkan cincin itu pada resepsionis. Terserah dan tidak peduli, apakah Robert menerimanya atau tidak.

Bella membuka pintu kaca gedung itu, yang kemudian dengan cepat ditutupnya kembali. Ia segera berlari dan menyembunyikan diri di pepohonan dekat sana. Mengintip ke arah pintu masuk gedung.

Di sanalah laki-laki itu. Berdiri dengan setelan jas abu-abu mengkilat, memperhatikan jam di tangan. Tidak ada lagi hal menarik dari penampilan itu selain muak.

Tapi yang membuat Bella mencengkram batang pohon geram adalah, wanita yang berdiri di samping Robert. Wanita yang dicumbunya. Wanita penyebab kegagalan pertunangan mereka.

Ironisnya, Veronica yang sekarang sedang bergelayut manja pada Robert, dan Bella justru bersembunyi mengintip dari kejauhan.

Brengsek!

Bella berbalik dan berderap pergi ke arah berlawanan. Segala jenis umpatan mengendap di tenggorokan. Ia akan menjual cincin sialan ini dan membeli banyak sekali es krim untuk persedian berbulan-bulan.

Bella berhenti di persimpangan. Berdiri bersama dengan pejalan kaki lain menunggu lampu berubah merah. Di tengah kekesalannya itu, tiba-tiba perhatian Bella tersita oleh kemunculan seseorang.

Gaya berpakaian yang sama, dan tubuh yang tinggi membuat Bella bisa dengan mudah mengenali Romeo di seberang jalan.

Lampu jalan berubah merah. Orang-orang di sekitarnya juga mulai bergerak. Seharusnya Bella mengambil jalan lurus untuk menuju supermarket, mengisi kulkas kosongnya dengan makanan agar ia tidak kelaparan.

Tapi kakinya justru berbelok. Melewati beberapa pertokoan yang menjual barang mewah. Sampai punggung tegap berjaket kulit hitam itu kembali terlihat, barulah Bella mulai mengatur jarak.

Romeo tiba-tiba berhenti. Bella segera menyingkir dari jalan, bersembunyi di sela pertokoan. Laki-laki itu menunduk, kemudian berjongkok untuk mengikat tali sepatu lalu kembali berjalan.

Oleh rasa penasaran yang tidak bisa dijelaskan bagaimana bisa ada, Bella kembali mengikuti Romeo dari belakang, hingga laki-laki itu memasuki sebuah kafe di ujung jalan.

PrepossessWhere stories live. Discover now