Prepossess - 22

63.7K 10.1K 1.4K
                                    

Sempat dulu aku tidak lagi ingin mengenal cinta.
Sempat lagi tidak ingin tahu aku akan berakhir menuju siapa.
Sekarang aku kembali percaya
Oleh detak yang tercipta pada detik kau menjadi nyata

🔥
Ayo ayo vote dulu sama komen kehadiran sebelum masuk kelas 🤣
Selamat membaca, Kesayangan 💜

🎼Bruno Major - Easily🎼
plis diplay sebelum baca 🙏

🔥

Hanya ada suara deru penghangat ruangan, suara samar klakson kendaraan dari luar jendela, serta denting garpu yang beradu dengan piring. Selebihnya hening, namun tidak ada yang terganggu dengan itu semua.

Keduanya duduk berhadapan di meja dapur. Setelah ciuman yang membuat Bella perlu beberapa menit mengatur napas tadi, Romeo justru bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi. Laki-laki itu makan dengan lahap dan beberapa kali menyisir rambut ke belakang dengan jari.

"Kau pandai memasak, Bella," kata Romeo di sela makannya. "Ini sangat enak."

Bella selalu senang jika ada yang menyukai masakannya. "Ayahku pintar memasak. Dia sering mengajakku membantunya di dapur. Kadang di akhir pekan kami bisa membuat banyak sekali makanan dan kue sampai harus dibagikan pada tetangga supaya tidak terbuang."

"Dia terdengar seperti ayah yang luar biasa."

"Ya," Bella bisa mengingat jelas senyum ayahnya saat mereka sedang memasak.

Romeo menangkap wajah sendu milik Bella. "A."

Bella mengangkat tatapan. "Apa?"

"A." Ulang Romeo.

"A?" Bella membeo. Lalu satu suapan mendarat di mulutnya.

Bella tersenyum sambil mengunyah. Kembali teringat di suatu minggu pagi, ketika dirinya dipaksa bangun oleh ayahnya untuk mencicipi masakannya. Saat itu Ayahnya menyuapi Bella yang masih berusah membuka mata.

Dan laki-laki kedua yang menyuapi sekarang adalah Romeo.

Romeo menyelesaikan makan dan langsung mencuci piring.

Katanya laki-laki dalam suasana hati yang bagus jika sedang makan makanan enak. Jadi Bella memanfaatkan kesempatan itu. "Selain di kafe, pekerjaan apa saja yang sering kau lakukan?"

"Di panti jompo dan beberapa freelance," Romeo meneguk air putih lalu menjangkau jari-jari Bella. "Jarimu terluka lagi." Laki-laki itu lalu melanjutkan makan sambil menyentuh jarinya.

"Seperti biasa," Bella tahu Romeo juga sedang mencoba mengalihkan pembicaraan. "Hal seperti apa?"

Kali ini Romeo menyelesaikan makannya, lalu minum dengan mata yang tak lepas menatap Bella.

"Aku hanya ingin tahu pekerjaan apa saja yang kau lakukan selain di Kafe." Lanjutnya. "Setidaknya aku tahu ke mana harus mencarimu kalau sewaktu-waktu kau menghilang."

"Aku tidak akan menghilang, Bella."

Bella cemberut. Saat ini yang dilakukannya adalah mencoba menggali informasi diri Romeo. Ia ingin tahu lebih banyak tentang laki-laki itu.

Romeo menjepit dagu Bella dengan ibu jari dan telunjuk. "Kau sedang merajuk?"

Bella menganggukkan kepala.

"Karena aku tidak menjawab pertanyaanmu?"

Bella menggangguk lagi.

"Kalau begitu teruskan. Wajahmu lucu seperti itu. Aku menyukainya."

PrepossessWhere stories live. Discover now