Pertanda?

8 4 1
                                    

Alwan dan gadis itu saling menatapi. Alwan mengerutkan keningnya, sembari menyalimi kedua orang tuanya. Ia terduduk di sofa yang kosong bersampingan dengan kakaknya.

"Bukannya tadi di rumah sakit?"

Gadis menyoroti pandangan ke arahnya. Di ketahui ia adalah Hana. "Ya kesini gue ada yang mau di tanyakan."

"Langsung aja."

"Ini permasalahan tentang bunga itu."

"Terus?"

"Terdapat dua-bucket bunga mawar di kotak itu."

Alwan langsung terkejut sembari mengatur posisi kini menghadap Hana. Kegundahan terjadi pada dirinya, namun tipe Alwan ialah menenangkan diri serta menyesuaikan diri dengan keadaan. Walaupun mistis, ia nampak tenang. Memutar otak, ia berfikir  Allah swt senantiasa memberi ketentraman hati untuk dirinya.

"Bunga itu ada di lo, atau didiamkan saja di kotak?" tanya Alwan dengan santai.

"Gue bawa, masalahnya bunga tersebut harus di apakan?" bingung Hana.

"Eum..... Ridho, Alwan." sahut Pak Qodir.

Serontak mereka menatap beliau.

"Iya pah kenapa?" tanya Kak Ridho dan Alwan.

"Mendadak papah harus pergi."

What? Pergi? Harus malam ini juga, mendadak pula. Kak Ridho dan Alwan lagi-lagi di kejutkan oleh papahnya yang supersibuk.

"Kenapa pa?"

"Papa dan mama pergi ke Subang dan menginap disana." ujar Bu Hani.

"Kenapa mah? Ada masalah di perusahaan atau meeting ?" tanya Kak Ridho.

"Semalam ini ?" tanya Alwan.

"Tadinya mau berangkat di siang hari. Tetapi, kalian kan jadwal BTQ hingga petang ditambah lagi Alwan langsung main." ujar Pak Qodir.

Bu Hani mengangguk kepala, beranjak dari sofa untuk mengambil 2 bag travelling yang sudah di kemas rapih. Berisi arset dan kumpulan data-data kantor berserta perlengkapan lainya.

"Tapi mendadak." ujar Alwan sedikit kesal.

"Iya wan, maaf pokoknya kalian hati-hati ya dirumah. Papah kemungkinan 2 hari di sana." ujar Pak Qodir.

"Tenang saja, kan ada Bi Sarnih disini." ucap Bu Hani.

"Papah harus periksa barang import dari Jepang."

"Kenapa harus ngecek ke Subang? Di kantor papah kan juga bisa." ujar Ridho.

"Pusat kantor kakek mu berada di Subang. Kalau kantor di sini, cabangnya." jelas Pak Qodir.

Alwan menghela nafasnya, beranjak pergi dari sofa meninggalkan mereka di ruang tamu.

"Wan persoalan...." ujar Hana.

Alwan menengok ke arah mereka yang terdiam hanya melihat ketingkahan aneh nya. "Gue ngantuk." ucap Alwan, menaiki tangga menuju lantai atas untuk tidur di kamarnya.

"Dho, jaga adik mu ya.".pinta Pak Qodir.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam..."

Malam itu Alwan benar-benar di bikin pusing oleh semua hal, ia segera merebahkan dirinya sembari mematikan lampu kamar di sampingnya.

Mau tahu alasan mengapa  lampu kamar di samping ranjang tempat tidur? Karena di setiap dirinya merebahkan di kasur, gravitasi meninggkat drastis.

Cintaku Bertaqwa [ON GOING]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora