2

147 11 19
                                    

Korn duduk di sudut kafe tempat ia biasa datang bersama In, namun kali ini ia datang sendirian karena Intouch bilang ia masih merasa sakit dan belum bisa bertemu dengannya, tapi In berjanji setelah rasa sakit itu hilang ia akan menemuinya dan akan menjadi nongnya seperti biasa.

Bukan hal baru jika melihat Win digoda para pelanggan kafe, tapi untuk saat ini apa yang terlihat membuat Korn kepanasan, ia baru merasakan yang namanya rasa cemburu dan cemburu itu benar-benar menguras hatinya. Ia merasakan kemarahan yang melebihi rasa marahnya ketika ayahnya menyita mobil kesayangannya. Saat ini ia marah pada semua orang yang menikmati senyuman Win, keramahan Win juga mereka yang menatap wajah tampan Win dengan ekspresi memuja.

Untuk pertama kalinya Korn merasa jatuh cinta dan menjadi gila karenanya. Ia ingin menarik dan menyembunyikan Win hanya untuk dirinya sendiri namun jelas hal itu hanya akan membuat Win tak menyukainya. Rasa cemburu yang sangat sulit ia kendalikan membuatnya mengeluarkan aura kegelapan, menjadikan orang di sekitar mejanya menjauh dan hal itu menimbulkan kekesalan Win.

"Sat, jika kau hanya ingin mengganggu bisnis kami sebaiknya kau pergi!" kata Win yang mendekati mejanya.

"Aku juga pelanggan, bagaimana kau bisa memperlakukanku seperti ini."

"Tapi kau mengganggu pelanggan lain!"

"Aku cemburu." Win menggelengkan kepalanya, ia kesal dan tak tahu bagaimana menghadapi sikap tak tahu malu Korn.

"Kau sudah sering melihatnya, kenapa baru sekarang kau bertingkah?"

"Aku sudah jelas mengatakan padamu akan mengejarmu Win, tak bisakah kau mengerti?"

"Apa yang harus aku mengerti?"

"Aku benci berbagi senyummu, suaramu, keramahanmu, wajah tampanmu juga semua yang ada pada dirimu dengan orang lain. Aku ingin memiliki itu untuk diriku sendiri."

"Bajingan!" umpat Win.

"Kapan kau selesai kerja?"

"Seperti biasa."

"Tapi hari ini kau mulai kerja lebih awal."

"Tak ada hubungannya."

"Aku akan menghubungi P'Sin agar dia membiarkanmu pulang lebih awal."

"Korn, jangan mengacau!"

"Win, ayo pergi kencan denganku."

"Aku sibuk." Win kembali berjalan menginggalkan Korn, kembali ke counter.

"Win, kau membuatku iritasi!"

"Nikmatilah." seru Win tanpa berbalik. Korn kesal tanpa bisa berbuat apapun.

P'Sin sebagai pemilik kafe akhirnya datang dan membiarkan Win pulang lebih awal atas bujukan Korn. Betapa senangnya Korn dengan hal itu.

"Kemana kau ingin pergi?" Korn mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir.

"Aku ingin pulang lalu tidur."

"Win...kita sedang berkencan."

"Lalu kenapa bertanya padaku?"

"Oke, jadi itu terserah aku kan? Jangan mengeluh dan jangan protes!"

"Hnn.."

Kencan yang Korn sebutkan adalah mengajak Win nonton di bioskop, hal yang Win tak pernah lakukan seumur hidupnya meskipun terlalu sering orang mengajak. Ia begitu perhitungan untuk biaya kesenangannya yang jadi salah satu hal yang ia hindari dari sebuah kencan. Ia sering mendengar dari teman-teman prianya, berapa yang harus dikeluarkan untuk satu kali kencan mereka dengan para kekasihnya. Meskipun ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri, ia tak ingin membuangnya untuk kesenangan yang menurutnya hanya sesaat.

Remahan CrackersWhere stories live. Discover now