Path to You .1

38 6 3
                                    

"Boun, dia di dalam." Kata Ohm Thitiwat.

Dia adalah teman Boun yang mengenalkannya untuk mengambil pekerjaan ini.

"Kau yakin?" tanya Ohm yang masih melihat keraguan di wajah Boun.

"Aku tak punya pilihan."

"Kau punya pilihan untuk menerima bantuanku."

"Bantuanmu terlalu banyak, aku tak sanggup mengembalikannya."

"Bukankah kita teman?"

"Ya. Karena kita teman, aku tak bisa selalu memanfaatkanmu."

"Ada waktu untukmu membantuku nanti."

Boun menggeleng, "Aku pasti membantumu, tapi bukan karena hutang, tapi karena kita teman."

"Kau benar-benar sulit. Boun, belum terlambat jika kau ingin mencari jalan lain."

"Ibuku tak bisa menunggu. Tiga bulan bukan waktu yang lama."

"Hnnn jangan pakai hati. Aku tak ingin kau sakit."

"Percaya padaku."

"Oke." Ohm mendorong pintu kamar di depannya. Sebuah kamar VIP di hotel milik keluarganya.

Boun berjalan mengikuti Ohm di belakangnya.

"Kalian sudah datang? Kemarilah! Ohm apa ini N'Boun yang kau bilang kemarin?" suara renyah menyapa mereka dari seorang pria dengan setelan jas rapi yang duduk di sofa.

"Ya phi." jawab Ohm.

"Ohh dia sangat tampan, seperti seorang trainee." puji orang itu.

"Halo, saya Boun." sapa Boun.

"Halo nong, panggil saja aku P'Mild. Ohm sudah menjelaskan tentang hal ini padamu kan?" tanya pria itu. Boun pun mengangguk.

"Duduklah Nong!" Kata Mild kemudian.

"Terima kasih phi."

Boun yang mengikuti Ohm duduk di seberang orang tadi terkejut melihat sosok pria di samping Mild. Orang yang tidak sempat Boun perhatikan saat ia masuk.

Boun membeku sesaat, ketika mengangkat pandangannya pada pria itu yang kini juga tengah menatapnya. Mengenakan kemeja putih longgar dengan beberapa kancing terbuka, memamerkan tulang selangka dan sebagian dadanya yang putih. Tampak pendiam dan dingin, sulit di dekati. Sosoknya menjulang tinggi meski sedang duduk. Bisa dikatakan bahwa dia pria yang tinggi dengan kaki panjang.

Wajah yang sangat tampan, tatapan mata yang tajam di balik kacamatanya, jembatan hidung yang terdefinisi dengan baik, dan garis rahang yang tegas dan kuat. Jari-jemarinya ramping dan panjang yang tengah memainkan ponsel itu tampak indah. Tindakannya sangat berkelas, dengan kharisma luar biasa yang terus mengalir, itu sangat sulit untuk diabaikan. Rasanya seperti karya seni yang indah.

Jika saat ini Sammy, sahabatnya ada bersamanya di tempat ini, dapat dipastikan dia akan memiliki mimisan di hidungnya. Pria tampan di hadapannya adalah idolanya. Aktor, model juga penyanyi yang tengah berada di puncaknya, Mew Suppasit. Tak cukup ratusan kata bagi Sammy untuk menggambarkan biasnya itu. Dengan segala omong kosong Sammy tentang Mew, meskipun ia bukan penggemar, Boun masihlah mengenali wajahnya. Kejutan lain bahwa orang itulah yang mempekerjakannya.

"N'Boun ini P'Mew yang akan mempekerjakanmu. Kau tahu dia kan?" ujar Mild mengenalkan Mew pada Boun. Boun mengangguk.

"Kau terlihat seperti pemberontak." Lontar Mew setelah mengawasi Boun dari atas ke bawah, seolah ia tengah menilainya. Dilihat dari tampilan dan apa yang dipakainya, Boun bukanlah orang susah tapi untuk melakukan transaksi seperti ini, ia pasti sangat terdesak, pikir Mew.

Remahan CrackersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang