Please, Just Give Up

40 5 1
                                    

Kringgggg!!!!!!!!!!

Bunyi bel tanda kelas telah usai baru saja berdering, sekelompok pria engineering bergegas menuju kantin seperti gelombang ombak yang takut kehabisan makanan dan tempat duduk. Namun ada satu kelompok yang masih enggan untuk beranjak sekedar mengangkat pantat mereka dari kursi.

"Ai Sat! Ada apa denganmu?" tanya Marc pada Neo.

Sepanjang hari Neo menunjukkan wajah cemberutnya. Hari ini ia terlalu sepi, tapi seolah akan meledak kapan saja. Ia berada dalam mood senggol bacoknya.

"Hei! Apa pacarmu diambil orang?" tanya Ohm.

"Apa kau baru saja dicampakkan? Aku akan membagimu satu milikku." ujar Fiat.

"Aku masih suka oppai besar fiat." balasnya.

"Lalu?"

Neo menatap ketiga temannya bergantian. Ia mendesah sebelum mengucapkan kata-katanya. "Guys, kalian tahu?!"

"Tidak!" jawab ketiganya serempak.

Neo mendengus, "Tentu saja, aku belum mengatakannya."

"Lalu kenapa kau tanya?" keluh Ohm.

"Aishhh bajingan ini!" umpat Marc.

"Cepat katakan sebelum nasi ayam kemangi bibi May habis terjual!" perintah Fiat.

"Kalian tahu.."

"Tidak!" sahut Marc.

"Marc, dengerin ceritaku dulu napa?"

"Kalo mau cerita, cerita saja. Jangan buat kalimat pertanyaan yang mengundang jawaban seperti itu!"

"Kalau begitu dengarkan saja, jangan ada yang menyela!"

"Cepatlah, aku sudah lapar! Jangan sampai ototku layu, dia perlu diberi nutrisi juga." timpal Ohm.

Neo kembali menghela nafas, butuh kesabaran ekstra menghadapi persoalan hatinya di depan teman-teman bobroknya.

"Jadi.. ini sudah kesekian kali, gadis-gadis yang aku kencani diam-diam mencuri foto bajingan nomer satu HI dan menyimpannya di ponselnya. Ini benar-benar tak bisa dibiarkan! Kalian coba lihat aku! Apa kurangnya aku sampai mereka lebih memilihnya?" keluh Neo.

"Benar. Akhir-akhir ini aku juga kesulitan mencari mangsa. Bahkan para senior yang jadi tipeku sering membicarakannya." ujar Fiat.

"Kalian ini! Untuk apa iri padanya? Bukankah banyak gadis dan pria yang diam-diam sering mencuri fotoku? Kalian tak pernah mengeluh." kata Marc.

"Jelas itu beda. Selain wajah tampan dan tubuhmu, tak ada lagi yang bisa dibanggakan." timpal Ohm.

"Sialan kau Ohm!" Umpat Marc.

"Hmmm lagian kau juga tak ada minat dengan mereka. Untuk menghidupi dirimu sendiri saja sulit, bagaimana kau akan merawat mereka." sarkas Fiat.

"Hoohhh kemiskinan benar-benar masalah." keluh Marc. Sedikit pun ia tak merasa terhina karena memang sesuai kenyataannya.

Ohm merangkul pundak temannya itu. Dengan seringaiannya ia berkata, "Kau yang miskin mau jadi sugar baby ku?"

Marc balas mengeluarkan smirknya, "Begitu juga baik daddy."

Keduanya lalu tertawa. Di antara mereka berempat, keluarga Ohm adalah yang paling berada. Orang tuanya memiliki bisnis bahan bangunan yang cukup besar, Orang tua Neo pegawai kecil di pemerintahan. Ibu Fiat pekerja distrik merah makanya dia selalu memberi Fiat pengaman. Sedangkan Marc harus menghidupi dirinya sendiri karena ayahnya yang tak bertanggung jawab.

Remahan CrackersWhere stories live. Discover now